Mohon tunggu...
Alfandika IsmeiRahmat
Alfandika IsmeiRahmat Mohon Tunggu... Desainer - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Hobi saya adalah membuat desain gambar digital dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Makanan Instan terhadap Pola Makan dan Kesehatan pada Remaja

14 Januari 2023   08:35 Diperbarui: 14 Januari 2023   08:46 2274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disusun oleh

Alfandika Ismei Rahmat

PENDAHULUAN

Seiring berjalannya waktu, kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. Ini terjadi di semua kalangan. Di sisi lain, melakukan berbagai aktivitas, seperti bekerja, seringkali membuat kita tunduk pada kebutuhan dasar seperti makanan. Para pimpinan berbagai unit bisnis tampaknya melihat hal ini sebagai peluang untuk mendapatkan keuntungan. Hari demi hari, perusahaan bersaing untuk memproduksi bahan makanan cepat saji. Banyaknya makanan cepat saji di pasaran mempengaruhi konsumen terutama remaja. 

Selain itu, anak muda yang berada dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa harus lebih sering berhadapan dengan pengetahuan baru, akibatnya gaya hidup terkadang terlalu berlebihan. Sepertinya pola pikir Anda telah berubah. "Kalau mudah, kenapa memilih kesulitan?" 

Dalam sehari seorang remaja dapat mengkonsumsi beberapa jenis makanan siap saji, mulai dari makanan ringan hingga makanan utama yang digantikan dengan makanan siap saji. Tampaknya makanan cepat saji mendapat tempat di dalamnya. Bahkan ada yang menjadikannya sebagai makanan sehari-hari. 

Akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan siap saji dapat menyebabkan terabaikannya kebiasaan makan yang sehat. Namun, mengonsumsi makanan olahan dalam jumlah banyak dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan tubuh menumpuk zat aditif yang terkandung dalam makanan olahan. Saat ini, sebagian besar remaja menderita sakit maag, radang dan berbagai penyakit yang mempengaruhi sistem pencernaan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kebiasaan makanan cepat saji.

ISI

Berdasarkan data yang diperoleh, konsumsi makanan siap saji berpengaruh terhadap gizi dan kesehatan remaja. Efek samping yang paling umum adalah dari bahan kimia yang ditemukan dalam makanan ini. Kandungan aditif dalam makanan ini melemahkan tubuh kita. Artikel ini ditujukan untuk menjaga kualitas dan stabilitas makanan. Zat yang sering digunakan untuk ini adalah penguat rasa (monosodium glutamat), pengawet seperti BHA, kalium nitrit, dll., Pemisah, pemutihan dan baking powder (aseton peroksida) dan pengawet (asam fosfat). Pangan masih banyak mengandung senyawa kimia. Tapi ini adalah bagian yang sangat berbahaya bagi kesehatan kita. 

Efek penggunaan MSG, menurut laporan Federation of the American Society of Experimental Biology, adalah rasa panas di leher, mati rasa di leher, stres dan ketegangan di kulit wajah, nyeri dada, sakit kepala, cepat detak jantung, cepat merasa lemas/lelah, dan lain-lain. Nyatanya, efek ini tidak kita alami saat kita mengonsumsi makanan cepat saji yang menggunakan MSG. Di atas ambang batas tertentu, efek yang disebutkan di atas menyerang kita, karena tubuh tidak dapat lagi menyerap zat tersebut. 12 gram MSG per hari dapat menyebabkan sakit perut, gangguan tidur, dan mual. Beberapa orang bahkan mengalami reaksi alergi berupa gatal, mual dan panas. 

Tidak hanya itu, MSG juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, asma, kanker dan diabetes, kelumpuhan dan keterbelakangan mental. Kemudian BHA. BHA merupakan antioksidan dalam makanan agar bahan makanan seperti vitamin dan perasa tidak terlalu cepat terdegradasi. Hal ini sering digunakan untuk minyak dan lemak. 

Hal ini akan menimbulkan efek ketagihan bagi yang mengkonsumsinya. Ini tetap kandungan fast food, apalagi jika kita mengikuti kemasan yang digunakan untuk makanan tersebut. Menurut Hengki Dermana, hanya 10% fast food yang memenuhi standar SNI. Kemasan plastik mengandung PVC, yang menghambat testosteron (Flack, 1992), dan kaleng mengandung timbal (Pb) dan VCM (monomer vinil klorida). (Meida Indonesia, 2003). Pangan merupakan komponen yang berhubungan langsung dengan kesehatan manusia. Makanan memiliki pengaruh besar dalam menciptakan kondisi yang baik bagi kesehatan manusia. Ciri-ciri makanan sehat adalah:

  • Mengandung nutrisi yang mencukupi
  • Makanan  sehat adalah makanan yang secara kimiawi mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
  • * Nutrisi tersebut di atas adalah: Karbohidrat sebagai sumber energi terpenting.
  • * Protein sebagai penyusun sel dan jaringan tubuh.
  • * Lemak sebagai komponen sel dan jaringan, sebagai pelarut vitamin dan cadangan energi.
  • * Vitamin sebagai komponen yang berperan dalam proses metabolisme,
  • * Mineral sebagai komponen yang berperan dalam pembentukan struktur tubuh dan membantu memperlancar proses fisiologis sel.
  • * Serat makanan, yang membantu melancarkan sistem pencernaan di dalam saluran pencernaan.
  • * Air sebagai pelarut nutrisi lainnya.
  • Tidak mengandung zat berbahaya
  •  Makanan  sehat tidak mengandung  zat berbahaya seperti :
  • *  pengawet
  • *  pewarna
  • * perasa.

PENUTUP

Simpulan

Dari hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa  pola makan yang sehat dan seimbang sangat penting terutama bagi remaja dengan pola makan yang berbasis konsumsi. Alasannya adalah tersedianya makanan siap saji yang sangat  baik di sekolah, di rumah, dan dalam perjalanan jauh.

 Selain enak, efeknya sangat besar sehingga menjadi racun adiktif yang  tidak boleh dikonsumsi. Efek nyatanya adalah tubuh para remaja tersebut lambat laun tergerus sehingga menimbulkan penyakit berbahaya pada tubuh mereka. Perlindungan hari ini lebih baik daripada bisnis besok. Makan makanan siap saji boleh saja, tapi jangan berlebihan, dan tetap utamakan makanan yang sehat dan bergizi..

Saran

Usulan-usulan yang penulis sampaikan kepada masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Bagi remaja hendaknya berhati-hati dalam mengonsumsi makanan siap saji, dengan tetap mengutamakan makanan yang sehat.

b. Orang tua harus memantau dan mengontrol pengeluaran dan penggunaan uang jajan serta biasakan membawa makanan sehat dari rumah.

c. Produsen harus mengetahui penggunaan bahan tambahan dalam produk makanan dan memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi yang akurat tentang komposisi makanan, termasuk bahan tambahan tambahan.

d. Pemerintah memantau dan menindak tegas produsen yang melanggar aturan yang ada. Melanjutkan kegiatan PMT-AS (Program Makanan Tambahan Sekolah) dengan menggunakan sumber pangan lokal.

e. Lembaga swadaya masyarakat memfasilitasi pembentukan kelompok konsumen, mendorong partisipasi publik sebagai pemerhati kebijakan publik, mengantisipasi, memantau kebijakan global yang mempengaruhi konsumen, dan bertindak sebagai advokat konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Virgianto, G. 2005. Konsumsi Fast Food sebagai Faktor Risiko Terjadinya Obesitas Pada Anak Remaja Usia 15-17.Skripsi. Semarang : Undip

https://123dok.com/document/zk7nep8q-konsumsi-faktor-risiko-terjadinya-obesitas-remaja-tahun-semarang.html

Sartika, R. 2011. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun Di Indonesia. Depok: Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

https://media.neliti.com/media/publications/149228-ID-none.pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun