Mohon tunggu...
Alfan Alfian
Alfan Alfian Mohon Tunggu... -

M Alfan Alfian adalah Dosen Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional, Jakarta, dan juga Direktur The Akbar Tandjung Institute, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pasar Malam (Sebuah Novel) - [1]

3 Juni 2013   12:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:36 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pengantar Penulis:

Saya merencanakan novel ini sejak tahun lalu [saya tulis di sela-sela waktu yang ada], dan sebelum saya bukukan, ada baiknya saya muat terlebih dahulu di blog Kompasiana ini.

Novel ini berkisah tentang orang kecil, orang biasa, orang-orang bertalenta yang berkumpul dalam suau Rombongan Pasar Malam yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain di kecamatan-kecamatan di Jawa.

Dengan karakter masing-masing, mereka dihadapkan pada situasi politik yang berubah: tiba-tiba ada yang ingin menjadi pemimpin, tepatnya, penguasa. Apa yang akan mereka lakukan? Bagaimana nasib Pasar Malam SLALU GEMBIRA itu ke depannya, bila para aktornya terpikat politik, ingin menjadi pejabat, penguasa?

Dengan harapan para pembaca bisa ikut menyimak, novel ini saya tayangkan. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih. Selamat menyimak.

Jatibening-Pancoran, 3 Juni 2013

BAGIAN I : Orang-orang Bertalenta

1.  Pasar Malam SLALU GEMBIRA

TULISANNYA memang demikian: SLALU GEMBIRA. Penulisnya, Supardal tidak tamat SD. Posisinya mentok di kelas 5. Itu pun setelah tidak naik kelas berkali-kali, yakni sewaktu kelas 1, kelas 3, dan kelas 5. Untuk mencapai kelas 6, ia merasa berat. Ia menyerah, bukan karena merasa tidak mampu, tetapi pikirannya menerobos ke luar dinding sekolahnya. Ia merasa lebih bermanfaat ikut nimbrung kenek bis, ketimbang melanjutkan sekolahnya.

Tubuhnya bongsor waktu itu, dan sang kenek yakin saja ketika Pardal mengaku lulusan SMA. Orangtuanya sudah angkat tangan, dan memilih bersikap cuek terhadap masa depan Pardal. Ia anak ke tujuh dari sebelas bersaudara. Dan, ketika kelak orangtuanya tahu bahwa Pardal ikut bis, ikut menjadi kenek, orangtuanya tidak melarang. Apalagi, ketika Pardal sering kasih uang ke emaknya!

Rute atau trayek bis itu mengelilingi kabupaten, melewati berbagai kecamatan. Pardal, pertama kali menjabat sebagai asisten kenek, dan yang disuruh-suruh. Pardal itu lincah dan luwes dalam bergaul, sehingga sopir dan kenek senang. Suatu hari ia mengatakan pada kenek bis itu, bahwa karir pekerjaannya diproyeksikan linier. Ia ingin menjadi kenek, dan kemudian sopir. Sopir adalah puncak karir dalam habitat masyarakat bis yang berjalan. Sopir adalah raja, kenek adalah patih atau perdana menteri, dan asisten kenek adalah kacung dalam pertandingan tenis, alias yang disuruh atau bertugas mengambil bola. Pardal ingin menjadi raja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun