Mentari pagi menyapamu
Iringan senyum terpatri di bibirmu
Melangkah gagah menjemput kisahmu
Irisan seperempat telur mengganjal perutmu
Nanti siang berganti ayam, katamu
Suaramu paling lantamg
Tak pernah bisa ditentang
Namun, tanganmu sungkan menampar
Walau, anakmu salahnya terlalu besar
Berbeda dengan bahasa ibu, belaian tangan
Bahasa ayah adalah tindakan
Selalu siap menjadi tumpuan
Ketika anakmu bangkitnya kesulitan
Ketika anakmu salah pijakan
Ayah,
Langkah kakimu tak kenal henti
Menemani kisahku yang sering tak sesuai presisi
Jauh dari kata ekpektasi
Sebab, otaknya terlalu ambisi
Namun, jiwanya krisis ketar ketir pada takdir
Ayah,
Anakmu lari-lari tak beraturan
Mencari berlian yang mahalnya bukan kepalang
Padahal, hasilnya belum tentu menang
Namun, engkau selalu menjadi suporter andalan
Terima kasih, ayah jagoan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H