Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... wiraswasta -

orang biasa sedang belajar menulis apa saja

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Inikah Cara Tak Beretika PT Freeport Indonesia Mengangkat Citra?

20 Agustus 2013   00:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:06 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan media sosial twitter, yang memudahkan orang mendapatkan informasi langsung dari sumber pertamanya, menarik keinginan banyak pengguna internet untuk memiliki akunnya. Seperti juga saya yang memiliki akun media sosial itu, meskipun sebenarnya lebih banyak digunakan untuk mencari informasi apa-apa saja yang menarik minat diri saya sendiri. Maka hanya akun-akun tertentu saja yang saya follow, misalnya beberapa akun klub sepak bola favorit, klub balap sepeda kesayangan,akun beberapa wartawan yang tidak pelit membagi informasi dan tentu saja, akun twitter @kompasiana.

Karena itulah saya hanya mem-follow sekitar 20 buah akun saja, tak lebih. Berbanding lurus dengan sedikitnya jumlah akun yang saya ikuti, follower sayapun tak lebih dari dua digit dan itupun kebanyakan sesama penggila klub kesayangan saya, Liverpool FC. Dan karena tujuan awal hanya sekedar untuk mendapatkan informasi, maka saya tak banyak berinteraksi dengan media ini. Hanya ada sekitar seratus buah cuitan saya, meski sudah setahun memiliki akun twitter.

Mulai sekitar bulan Mei lalu, tiba-tiba muncul satu-dua akun yang tidak pernah saya follow namun kicauannnya mengisi timeline saya. Dan anehnya, ajaib malah, akun-akun yang kebanyakan memiliki sekitar seribuan follower itu cenderung menuliskan kebaikan-kebaikan PT Freeport Indonesia serta sumbangsihnya yang dikatakan sangat luar biasa bagi negeri ini. Karena hanya satu-dua akun saja maka tentu saja sangat mudah untuk berhenti mengikuti akun tersebut, karena bagi saya apa yang mereka informasikan tidaklah berguna dan hanya menjadi sampah di timeline saya.

Meski berulang, karena hanya satu-dua akun saja, saya tak mengambil pusing dengan kejadian itu. Namun hari ini ada delapan akun serupa yang mendadak saya ikuti meskipun saya sama sekali tak merasa mengikuti akun itu. Dan serupa dengan yang lama, puja-puji atas kehadiran PT Freeport Indonesia menjadi menu pokok. Namun kali ini lebih lengkap lagi, karena banyak link yang dijejalkan di timeline, mulai dari pujian yang standar, keberhasilan CSR, info lowongan kerja dan bantahan atas artikel yang membuka borok PT Freeport Indonesia serta segala rupa informasi tentang perusahaan tambang yang beroperasi di bumi Papua itu.

Tidaklah salah di masa sekarang berkampanye dan membangun citra lewat media internet. Namun jika hal itu dilakukan dengan cara memaksa, dalam kasus ini adalah memaksa orang mem-follow akun twitter pemuja PT Freeport Indonesia, rasanya menjadi sesuatu yang tidak etis. Citra positif yang diharapkan tentu saja tak akan didapat dan malah menjadi bumerang yang bisa menimbulkan efek negatif bagi perusahaan itu sendir, jika benar hal ini dilakukan oleh PT Freeport Indonesia sendiri ataupun melalui orang-orang bayarannya. Namun menilik semua kicauannya yang cenderung mengangkat tinggi citra PT Freeport Indonesia, bahkan ada beberapa link yang menuju ke situs resmi perusahaan, susah rasanya menuding pihak lain yang menjadi pelaku.

Jika benar ini dilakukan oleh PT Freeport Indonesia sendiri, maka semestinya mereka menghentikan kampanye dengan cara tak beradab ini sebab tak semua pengguna twitter adalah orang bodoh yang sangat mudah dipengaruhi dengan kicauan 140 karakter saja. Ada banyak cara yang lebih elegan untuk memperbaiki citra perusahaan tanpa harus melakukan hal konyol semacam ini. Mungkin dengan cara ini justru membuat orang berpikir ada sesuatu yang salah dalam pengelolaan perusahaan sehingga harus berkampanye memperbaiki citra diri dengan cara yang tak beretika.

Namun jika hal ini dilakukan bukan oleh PT Freeport Indonesia, selayaknya mereka mengejar para pelaku untuk menghentikan apa yang mereka lakukan. Apalagi dengan penolakan sebagian rakyat Indonesia atas kehadiran perusahaan yang dirasa lebih banyak merugikan negeri ini, serta beberapa kasus yang mendera dan menjadi sorotan media nasional, mestinya mereka melakukan langkah apapun agar citra perusahaan ini tak semakin merosot di mata masyarakat. Apalagi dengan kekayaannya yang luar biasa besarnya, tentulah PT Freeport Indonesia sangat mudah untuk menemukan para pemilik akun yang secara tidak langsung malah mempermalukan PT Freeport Indonesia itu sendiri.

Dan yang lebih penting lagi adalah sebuah catatan bahwa citra positif perusahaan, atau personal dan lembaga apapun, dibentuk dari perilaku yang biasa dilakukan. Jika hal-hal buruk dan menyakiti hati yang terus-menerus dilakukan, kampanye apapun sangt sulit untuk membalikkan keadaan. Apalagi jika dilakukan dengan cara-cara yang tidak beretika dan tidak menggunakan sopan santun serta tidak beradab.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun