Tempe adalah salah satu makanan yang paling saya suka. Selain karena kandungan gizinya yang bagus untuk kesehatan, tempe juga bisa dengan mudah diolah menjadi aneka masakan yang lezat. Mulai dari sesimpel tempe goreng, gorengan, oseng dan lain sebagainya. Tempe hampir dijual di setiap pasar dengan harga yang relatif murah, terutama di Indonesia, sehingga mudah bagi kita untuk mendapatkannya.
Namun, belakangan ini dikabarkan bahwa akan dilakukan aksi mogok produksi dari para produsen tempe di Jawa. Alasannya adalah karena harga keledai, yang merupakan bahan utama pembuatan tempe, melonjak naik di pasaran. Aksi mogok produksi ini tentu akan mempengaruhi ketersediaan tempe di Indonesia, khususnya di Jawa.
Mendengar kabar ini, tentu saya merasa sedih. Sedih karena memikirkan bagaimana para produsen ini mendapat penghidupan bagi diri mereka sekeluarga. Sedih juga membayangkan tempe menjadi langka, yang otomatis mempengaruhi harga jualnya di pasaran. Sampai sempat terbayang di benak saya, apa jadinya dunia tanpa adanya tempe?
Kalau tidak ada tempe, sudah jelas khazanah kuliner Indonesia akan berkurang keragamannya. Kita tahu bahwa tempe merupakan bahan utama dari berbagai macam makanan, baik itu sayur, lauk pauk maupun sekedar kudapan atau camilan.
Kita ambil contoh yang sederhana saja, yaitu gorengan tempe. Gorengan tempe adalah salah satu camilan ataupun lauk menjadi favorit banyak orang. Gorengan tempe menjadi pilihan teman ngopi selain pisang goreng, atau menjadi alternatif kerupuk untuk disandingkan bersama makanan berat.
 Tidak adanya gorengan tempe jelas membuat mas-mas yang biasa nongkrong di kafe kekurangan pilihan pendamping kopi. Pun demikian dengan pendamping lauk. Rasanya, kerupuk memang lezat, tapi apabila dibandingkan dengan gorengan tempe, kerupuk jelas kalah mengenyangkan dan bergizi.
Selain gorengan, salah satu olahan tempe yang saya suka adalah mendoan. Perlu diketahui bahwa mendoan dan gorengan adalah dua hal yang berbeda, meskipun secara teknis mirip-mirip. Yang membedakan mendoan dengan gorengan adalah lama waktu masaknya. Mendoan dimasak dalam waktu yang singkat sehingga teksturnya cenderung lembek, berbeda dengan gorengan yang cenderung krispi. Mendoan banyak disajikan di tempat wisata, terutama yang mempunyai iklim dingin.
Bila mendoan tidak ada, saya bisa membayangkan akan ada banyak sekali wisatawan yang kebingungan mencari makanan yang anget-anget. Sebab, mendoan hangat memang tidak tergantikan, tidak oleh kentang goreng maupun camilan lainnya. Tidak terlalu bikin kenyang, tapi cukup untuk mengganjal perut yang lapar.
Sebagai bahan masakan yang relatif murah, tempe juga merupakan penyelamat hidup kaum ekonomi lemah, seperti saya yang anak kost ini. Tempe menjadi pilihan lauk pengganti ikan-ikanan atau daging-dagingan, baik secara gizi maupun kelezatannya. Sehingga, bila tempe sampai tidak ada, tidak terbayang betapa banyak orang yang tidak bisa makan enak nan bergizi dengan budget pas-pasan seperti biasanya.