Mohon tunggu...
Alfadea Winasis
Alfadea Winasis Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Ilmu Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 2014

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dream Catcher; Sudah Bukan Fashion Item yang Asing Dong

18 September 2014   20:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:18 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dream Catcher. Secara bahasa berarti “Penangkap Mimpi”. Dibuat oleh kebanyakan suku asli Amerika, salah satunya adalah Suku Ojibwa. Menurut suku Ojibwa, mereka membuat dream catcher untuk pertama kalinya pada jaman kuno.

Suku Ojibwa menggunakan ranting pohon willow yang masih segar, batang jelatang, otot hewan dan bulu burung hantu. Suku Ojibwa membuat sebuah Dream Catcher dengan cara membengkokkan ranting pohon willow menjadi lingkaran, kemudian mengeringkan ranting tersebut untuk dijadikan sebagai bingkai. Setelah itu mereka menggunakan batang jelatang untuk melilit bingkai lingkaran tadi dan membuat semacam jaring di tengah bingkai lingkaran menggunakan otot hewan. Langkah yang terakhir Suku Ojibwa menggunakan bulu burung hantu untuk digantung menjadi semacam anting-anting pada lingkaran yang berjaring-jaring tadi.

Dream Catcher yang sudah dibuat oleh Suku Ojibwa tadi digantung di atas tempat tidur mereka. Menurut kepercayaan Suku Ojibwa setiap kali bulu-bulu pada sebuah Dream Catcher itu bergerak saat seseorang tertidur, maka sebuah mimpi baik akan mendatangi orang itu. Suku Ojibwa mempercayai bahwa mimpi-mimpi yang baik akan tersangkut pada lubang di tengah jaring-jaringnya, turun melewati bulu-bulu burung hantu yang menggantung pada Dream Catcher dan memberi mimpi baik. Sedangkan mimpi-mimpi buruk tidak akan terperangkap di jaringnya, karena saat pagi tiba, mereka akan lenyap.

Seiring berjalannya waktu, Dream Catcher dibuat dengan bahan yang berbeda-beda. Tidak hanya Suku asli Amerika yang menggantung sebuah Dream Catcher di atas tempat tidur, namun suku-suku yang lebih modern dari suku Ojibwa juga menggantungnya di atas tempat tidur mereka.

Dewasa ini, keberadaan Dream Catcher juga semakin diakui oleh banyak kalangan. Para seniman juga andil dalam penyebarluasan Dream Catcher. Mereka membuat Dream Catcher dengan motif jaring, bulu dan bahan yang variatif.Banyak orang juga masih mempercayai keajaiban penyaring mimpi dari sebuah Dream Catcher sehingga menggantungnya di jendela, mobil, pintu atau sebagai hiasan dinding.

Meskipun bahan yang dipakai sudah berbeda dari aslinya yang dahulu dibuat oleh suku Ojibwa, namun segelintir orang masih percaya dengan khasiatnya, bahkan mulai merubah citra Dream Catcher yang tadinya hanya sekedar gantungan di atas tempat tidur menjadi sebuah tren fashion. Dream Catcher telah menjadi salah satu fashion item yang sangat diminati banyak kalangan terutama para remaja perempuan.

Dream Catcher yang bentuknya sangat menarik dengan jaring warna-warni dan bulu yang bervariasi membuat fashion item satu ini banyak digandrungi. Saat ini Dream Catcher banyak dikenakan sebagai kalung, gantungan kunci, hiasan mobil,wall décor (hiasan dinding) dan banyak lagi.

Fahion item satu ini sangat menunjang penampilan seseorang, dengan paduan baju yang pas. Apalagi dengan semakin berkembangnya hipster style, Dream Catcher secara tidak langsung telah menjadi semacam simbol bagi para penggemar gaya hipster.

Di era modern ini media sosial juga berperan banyak sebagai wadah bagi mereka pecinta Dream Catcher. Media sosial seperti Instagram, Tumblr, Twitter, dan weheartit lah yang membantu Dream Catcher menjadi sebuah tren, melalui foto-foto keren yang di unggah oleh model dan artis-artis luar negeri yang mengenakan Dream Catcher sebagai kalung, gantungan pintu, dan hiasan dinding.

Di Indonesia sendiri tren mengenakan Dream Catcher sudah bukan hal yang asing. Meskipun dulu, sebelum menjadi fashion item yang hits, banyak orang sempat beranggapan ‘aneh’ ketika melihat seorang perempuan mengenakan kalung dengan bulu-bulu yang panjang. Namun kini anggapan itu telah berubah.

Di Indonesia sendiri, seperti yang sering saya temui di tempat-tempat publik seperti pasar Malioboro, juga telah menjual gantungan kunci, kalung sampai wall décor (hiasan dinding) Dream Catcher. Harganya juga bervariasi. Tergantung dengan ukuran, jenis warna, jenis bingkai, dan juga bulu.

Hiasan dinding dengan bingkai kulit dipatok dengan harga Rp. 75.000,00 s.d Rp. 120.000,00, sedangkan hiasan dinding dengan bingkai berbahan benang dipatok dengan harga Rp. 30.000,00 s.d Rp. 50.000,00. Gantungan kunci berbahan benang dipatok dengan harga Rp. 10.000,00 s.d Rp. 15.000,00. Kemudian kalung Dream Catcher dipatok dengan harga Rp. 20.000,00 s.d Rp. 40.000,00.

Selain di pasar Malioboro, kalung Dream Catcher juga bisa dengan mudah kita dapatkan di banyak tempat di Indonesia, salah satunya Pulau Bali. Dalam sebuah kunjungan wisata saya ke pasar Sukawati, saya menemukan banyak penjual Dream Catcher. Bahkan bisa menawar harga sampai dengan Rp. 20.000,00 untuk tiga buah kalung Dream Catcher.

[caption id="attachment_359847" align="alignnone" width="600" caption="photo by: Alfadea Winasis"][/caption]

14110212421258820470
14110212421258820470

14110212831278133708
14110212831278133708

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun