Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. (QS Al Ahzab [33]:70) Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam". (HR Bukhari dan Muslim).
Jika memperhatikan hadits tersebut, maka betapa sulitnya kita berbicara. Karena memang tidak mudah menjaga lisan. Ada orang bijak pula yang mengatakan, kita diciptakan dua telinga dan satu mulut, agar lebih banyak mendengar dibandingkan berbicara. Karena terkadang kata-kata bisa lebih tajam dibandingkan pisau sekalipun. Ia menjadi luka yang tergores bisa bertahun-tahun lamanya, atau mungkin selamanya.
Nabi Muhammad saw termasuk orang yang sangat jarang berbicara, tetapi setiap kali berbicara bisa dipastikan kebenarannya. Setiap butir katanya berbobot monumental. Bahkan bisa menggugah dan memiliki daya ubah hingga menjadi kebaikan bagi siapa pun yang mendengarnya. Mulut kita ini seperti corong teko. Teko hanya akan mengeluarkan isi yang ada. Kalau di dalamnya air bersih, yang keluar bersih. Kalau di dalamnya air kotor, yang keluar pun kotoran. Karenanya bila kita ingin mengetahui derajat seseorang, lihatlah dari apa yang diucapkannya.
Perkataan yang baik merupakan perkataan yang menyejukkan, membawa hikmah, membawa manfaat. Layaknya dermawan pun, ia tak kan memberi apa yang tidak ia memiliki. Kalaupun ia memberi, maka ia memberi apa yang dimiliki. Pribadi kita cerminan dari apa yang kita miliki. Jika memancarkan kebaikan, alhamdulillah insya Allah itulah yang kita miliki. Tapi jika orang lain merasakan ketidaknyamaan karena kehadiran dirikita, maka muhasabah diri patut kita lakukan.
Ramadhan adalah salah satu bulan untuk menahan dan menjaga lisan. Karena seringkali lisan yang tak terjaga datang dari emosi sesaat atau pemahaman yang keliru. Puasa membuat kita lebih menjaga emosi, lebih memperhatikan apa yang kita ucapkan. Puasa mendidik jiwa kita untuk cenderung dalam ketenangan. Maka seharusnya derajat ketakwaan kita bertambah seiring dengan meresapinya puasa hingga pada ujung puasa nanti yang kita lakukan, dan lisan yang terjaga adalah salah satunya.
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (QS Ibrahin 24-26)
wallahu a'lam bish-shawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H