Mohon tunggu...
Achmad Fachrie
Achmad Fachrie Mohon Tunggu... Lainnya - coder

Just ordinary man

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lisan yang Terjaga dan Ramadhan

25 Agustus 2010   07:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:43 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. (QS Al Ahzab [33]:70) Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam". (HR Bukhari dan Muslim).

Jika memperhatikan hadits tersebut, maka betapa sulitnya kita berbicara. Karena memang tidak mudah menjaga lisan. Ada orang bijak pula yang mengatakan, kita diciptakan dua telinga dan satu mulut, agar lebih banyak mendengar dibandingkan berbicara. Karena terkadang kata-kata bisa lebih tajam dibandingkan pisau sekalipun. Ia menjadi luka yang tergores bisa bertahun-tahun lamanya, atau mungkin selamanya.

Nabi Muhammad saw termasuk orang yang sangat jarang berbicara, tetapi setiap kali berbicara bisa dipastikan kebenarannya. Setiap butir katanya berbobot monumental. Bahkan bisa menggugah dan memiliki daya ubah hingga menjadi kebaikan bagi siapa pun yang mendengarnya. Mulut kita ini seperti corong teko. Teko hanya akan mengeluarkan isi yang ada. Kalau di dalamnya air bersih, yang keluar bersih. Kalau di dalamnya air kotor, yang keluar pun kotoran. Karenanya bila kita ingin mengetahui derajat seseorang, lihatlah dari apa yang diucapkannya.

Perkataan yang baik merupakan perkataan yang menyejukkan, membawa hikmah, membawa manfaat. Layaknya dermawan pun, ia tak kan memberi apa yang tidak ia memiliki. Kalaupun ia memberi, maka ia memberi apa yang dimiliki. Pribadi kita cerminan dari apa yang kita miliki. Jika memancarkan kebaikan, alhamdulillah insya Allah itulah yang kita miliki. Tapi jika orang lain merasakan ketidaknyamaan karena kehadiran dirikita, maka muhasabah diri patut kita lakukan.

Ramadhan adalah salah satu bulan untuk menahan dan menjaga lisan. Karena seringkali lisan yang tak terjaga datang dari emosi sesaat atau pemahaman yang keliru. Puasa membuat kita lebih menjaga emosi, lebih memperhatikan apa yang kita ucapkan. Puasa mendidik jiwa kita untuk cenderung dalam ketenangan. Maka seharusnya derajat ketakwaan kita bertambah seiring dengan meresapinya puasa hingga pada ujung puasa nanti yang kita lakukan, dan lisan yang terjaga adalah salah satunya.

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (QS Ibrahin 24-26)

wallahu a'lam bish-shawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun