Setiap manusia memiliki karakter yang berbeda-beda. Segala yang berbeda berbanding lurus dengan yang didapatkan dan dimiliki oleh manusia. Apa yang kita dapatkan tidak terlepas dari yang sudah melekat pada diri kita. Perbedaan yang dimiliki memiliki perbedaan yang didapatkan.
Iman dan ujian merupakan bagian yang kita miliki dan kita dapatkan. Setiap manusia selain memiliki karakter yang berbeda-beda, begitu pula keimanan. Keimanan manusia memiliki tingkat yang berbeda-beda. Berdasarkan hadits, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa tingkat keimanan memiliki ujian yang berbeda-beda. Semakin besar tingkat keimanan seorang, maka semakin besar pula ujian yang diberikan. Namun secara kasat mata, kita tidak bisa menilai besar-kecilnya sebuah ujian pada manusia. Seperti halnya kita tak mampu menilai tingkat keimanan seseorang.
“Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shaleh yang meneladaninya. Seseorang akan diuji menurut kekuatan imannya. Apabila imannya kuat, maka makin berat ujiannya. Apabila imannya kurang kuat, maka dia diuji menurut kadar kekuatannya. Dia akan diuji terus, sehingga (sampai) ia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih (tidak berdosa).” (HR. Tirmidzi).
Ujian merupakan bagian yang Allah SWT berikan kepada hambaNya sesuai dengan keimanan yang melekat pada manusia. Allah SWT memberikan ujian dan cobaan berdasarkan kemampuan hambaNya. Allah SWT tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan hambaNya. Seberapapun sulit diberikan, Allah memberikannya sesuai dengan kadar kemampuan hambaNya.
Allah tidak selalu menjadikan kesusahan lambang dari ujian, karena keberlimpahan bisa menjadi pula sebuah ujian. Sebuah ujian memiliki arti barakah ketika yang terjadi apakah akan mendekatkan atau menjauhkan kita dari Allah.
Setiap orang memiliki ujiannya masing-masing, setiap orang berada pada ujian yang berbeda-beda. Kita mungkin tidak pernah merasakan ujian yang dilalui orang lain, begitupun mereka mungkin tidak pernah berada pada posisi kita rasakan yang dilalui saat ini.
Apa yang dibanggakan orang lain, mungkin tidak bisa menjadi kebanggaan milik kita. Namun begitu, di balik itu semua, kita insya Allah memiliki kebanggaan yang mungkin tidak dimiliki orang lain. Allah Mahatahu atas segala yang tersembunyi dari segala ujian yang terberi. Atas segala yang terjadi dalam ujian yang menghampiri, mungkin air mata dan senyum datang silih berganti, namun sabar dan syukurlah yang melengkapi atas setiap ujian yang terjadi.
“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR. Muslim).
Wallahu a’lam bish-shawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H