"Kebisingan mulai merata di berbagai sudut kota, tapi aku berharap kesunyian di kota ini memiliki ruang untuk tempat pulang "
Kotaku, keheningan yang tercipta dari berbagai sudut jalan dan pertokoan telah membentuk rasa nyaman, membuatku enggan menetap di tanah rantau.
Kotaku, tetaplah hening di kala orang-orang sibuk mengenalkanmu di seluruh penjuru dunia. Karena keheningan itulah yang membuatku dan sebagian besar penyuka sepi selalu betah berada di sini.Â
Suatu hari di masa depan, tetaplah menjadi kota yang bijaksana dengan segala rasa takzim kepada penguasa yang mengelilingi empat sudut penjuru di sini. Melindungi dari nasib buruk, dan takdir alam yang suntuk.Â
Kotaku, aku pernah di masa ingin menyumpahimu dengan berbagai alasan. Ada beberapa hal yang membuatku ingin menyalahkan orang-orang tua yang tumbuh dari rezim 90-an.Â
Kau tahu, kotaku. Kami yang terlahir dari rahim orang biasa hanya bisa hidup dari kerja keras, jika ingin lebih kami harus terpaksa betah di tanah rantau. Sedangkan generasi seangkatan dengan kami, tapi lahir dari rahim pejabat negara, hidupnya jelas tertata. Apapun yang diinginkan tinggal berkata apa saja.Â
Ah, kotaku. Padahal aku juga ingin membangun kota ini untuk tetap ramah anak muda, tapi nyatanya terkadang masih ada orang-orang yang pemikirannya era lama.Â
Kotaku, suatu hari di masa lalu aku pernah bangga hidup di sini. Selain keheningan yang membuatku selalu nyaman, orang-orang juga senantiasa ramah kepada sekitarnya, tak terlalu diributkan dengan lalu lalang kendaraan, atau polusi limbah pabrik yang sering dikeluhkan orang-orang di kota besar.Â
Tapi, semakin beranjak dewasa aku memahami arti anak muda butuh ruang untuk berkarya, butuh ruang untuk saling menghargai dan bersinergi demi terwujudnya identitas jati diri. Meski kenyataannya ruang itu masih hampa, anak muda masih harus berjuang tanpa penghabisan demi generasi masa depan betah di kampung halaman.Â
Kotaku, jangan terlalu cepat untuk berubah. Aku masih ingin menikmati segala hal yang pernah ada di masa lalu: deretan toko berjajar di jalan merdeka sebelum berganti dengan taman kota, kendaraan tak saling berebut atau sibuk membunyikan klakson, atau tentang panorama alam yang menakjubkan. Karena kutahu, jika kota ini berubah secepatnya, pasti akan ada orang-orang asing yang ingin menanam kekayaan di tanah kelahiran.Â