Instagram terus berupaya memberikan pelayanan terbaik terutama kepada para penggunanya. Upaya yang dilakukan pun tentu mendapat respons positif sekaligus memperbaiki sistem yang sudah ada. Salah satunya pembenahan sektor like.
Berwisata menjadi hal yang wajib dilakukan bagi beberapa orang, terlebih bagi mereka yang sudah penat bekerja dalam satu waktu dan membutuhkan hiburan sejenak.
Meski demikian, tujuan wisata masa kini dengan masa lalu sangatlah berbeda. Fokus baru dalam berwisata saat ini yaitu mengumpulkan jumlah like pada unggahan akun Instagram sebanyak-banyaknya.
Angka like pada unggahan tersebut akan memunculkan rasa bahagia selepas berwisata. Namun, hal ini tidak dapat menjadi tolak ukur yang tepat untuk sebuah perjalanan wisata.
Menyikapi fenomena yang ada, Instagram mulai mempertimbangkan untuk menghilangkan fitur like pada Instagram dan tidak menampilkan jumlah like yang ada di foto hasil unggahan.
Uji coba terhadap fitur ini telah dilakukan sejak Mei lalu yang di beberapa negara, seperti Kanada, Selandia Baru, Irlandia, Italia, Brasil, Australia, dan Jepang.
Hasil dari uji coba tersebut tentu untuk menekan sikap kompetitif antar pengguna Instagram dimana pengguna kerap saling berlomba mengumpulkan like dan jumlah pengikut.
Fokus pengguna dapat sepenuhnya dalam konteks menikmati wisata yang sedang berlangsung. Pengguna akan lebih fokus untuk membagikan momen-momen yang disukai ketimbang berfokus pada angka like terhadap foto yang diunggah.
Hasil survei menyebutkan lebih dari 40 persen wisatawan yang berusia 18 hingga 33 tahun memilih tujuan wisata yang dinilai instagrammable.
Hasilnya, para wisatawan pun kerap memposisikan diri dalam situasi berbahaya agar dapat memperoleh foto yang menarik minat orang lain.
Selain fitur menyembunyikan like dari pengguna, fitur lain yang ditawarkan Instagram yakni kemampuan untuk mendeteksi suatu tulisan. Pengguna akan menerima peringatan sebelum mengirimkan komentar.