Pada akhir pekan lalu, wilayah di DKI Jakarta, Jawa Barat, hingga Jawa Tengah mengalami insiden pemadaman listrik secara massal. Tak hanya itu, jaringan komunikasi juga sempat terganggu karena pemadaman listrik.
Dugaan terakhir menyebutkan pemadaman tersebut disebabkan gangguan teknis pada sistem transmisi yang berada di Ungaran dan Pemalang. Transmisi ini menyumbang pasokan listrik sebesar 500 kilovolt.
Insiden pemadaman listrik massal yang terjadi akhir pekan kemarin memunculkan opini berupa adanya upaya sabotase oleh pihak tertentu yang ditujukan kepada PT PLN.
Konten yang berisi mengenai opini tersebut pun sempat beredar di media sosial. Pihak PT PLN langsung bertindak cepat dengan membantah adanya faktor politis maupun upaya sabotase dari pihak tertentu.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tidak tinggal diam. Kominfo menyatakan bahwa opini sabotase terhadap PT PLN merupakan disinformasi sehingga informasi yang beredar tidak benar.
Sebagian besar aktivitas masyarakat menjadi terhambat walaupun pemadaman tidak berlangsung selama satu kali 24 jam. Dampaknya begitu besar terutama gangguan pada layanan telekomunikasi dan transportasi.
Jaringan listrik menjadi sasaran yang amat strategis bagi para peretas karena mampu menimbulkan ancaman keamanan serius. Beberapa negara sebelumnya pernah mengalami hal ini.
Seorang analis Central Intelligence Agency (CIA) pernah menyebutkan serangan melalui daring dengan tujuan melumpuhkan jaringan listrik di beberapa wilayah memang pernah terjadi.
Akan tetapi dirinya tidak menyebutkan wilayah mana saja yang pernah menjadi korban. Upaya penjahat siber ini dilakukan dalam rangka pemerasan terhadap sasaran.
Venezuela yang sedang dilanda krisis dalam beberapa waktu terakhir sering mengalami pemadaman jaringan listrik massal yang menimpa sebagian besar wilayah negaranya.
Presiden Nicolas Maduro mengklaim bahwa Amerika Serikat merupakan dalang di balik peristiwa tersebut. Otoritas Venezuela menyatakan ada upaya sabotase terhadap pembangkit listrik tenaga air yang memasok hampir 80 persen listrik negara.