Dalam beberapa tahun mendatang, keberadaan paspor mungkin sudah tidak dibutuhkan lagi. Begitu pula dengan membongkar tas guna mencari smartphone untuk menunjukkan boarding pass kepada pihak bandara mulai ditinggalkan.
Sistem yang tersedia memungkinkan penumpang dalam menuntaskan persyaratan hanya dengan memindai wajah penumpang. Kehadiran teknologi face recognition diharapkan mempermudah semua akses tersebut.
Teknologi face recognition lazim digunakan di sekitar area jalan raya dan gedung perkantoran. Namun, kini mulai diterapkan di sekolah hingga rumah masyarakat.
Beberapa sekolah di Amerika Serikat pun telah menggunakan teknologi tersebut sebagai akses memasuki sekolah sehingga mampu mengidentifikasi banyak wajah dalam waktu bersamaan.
China sebagai salah satu negara yang rela mengeluarkan dana besar dalam mengembangkan teknologi face recognition untuk menegakkan hukum disana. Pengembangan mulai gencar dilakukan sejak 2015 silam.
Presiden China, Xi Jinping, diketahui mendukung penuh setiap inovasi kecerdasan buatan di Negeri Tirai Bambu yang salah satunya mendukung teknologi pengenalan wajah.
Sejak 2017 Temple of Heaven yang berlokasi di Beijing juga telah memasang teknologi tersebut di toilet sekitar taman kuil dalam mengurangi kasus pencurian tisu toilet. Pemasangan di dua lokasi ini diharapkan dapat menurunkan angka turis nakal.
Kepolisian China pernah berhasil mengungkap pelaku kejahatan di tengah kerumunan 50 ribu orang saat menghadiri konser musik berkat bantuan teknologi pengenalan wajah.
Perusahaan swasta juga menerapkan hal serupa. Salah satu penyedia jasa transportasi online, yaitu Grab kini melalui fitur Passenger Selfie Verification mewajibkan penumpang melakukan verifikasi wajah dengan cara selfie.
Verifikasi ditujukan untuk pelanggan baru sebagai bentuk identifikasi sebelum memesan transportasi untuk pertama kalinya. Inovasi berupa teknologi verifikasi wajah bertujuan meningkatkan perlindungan baik penumpang maupun pengemudi.