Dalam sepekan berbagai media arus utama telah menyajikan informasi berkaitan dengan bencana gempa bumi yang melanda Indonesia. Informasi tersebut menimbulkan rasa duka bagi seluruh masyarakat tanah air.
Indonesia berada di kawasan Cincin Api Pasifik yang merupakan titik pertemuan tiga lempeng tektonik terbesar di dunia. Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasific siap menghadirkan guncangan bagi Indonesia.
Tak heran apabila bencana gempa bumi kerap lalu-lalang di wilayah Indonesia. Pergerakan sedikit saja dari ketiga lempeng ini mampu menimbulkan gempa maupun tsunami.
Data United States Geological Survey (USGS) menyatakan bahwa Indonesia dan Jepang merupakan negara yang paling sering mengalami gempa bumi.
Di Jepang masih terdapat ratusan gunung api aktif. Lebih tepatnya ada 111 gunung api aktif. Gempa bumi pun kerap menghampiri Negeri Sakura.
Otoritas Jepang mengakui bahwa negaranya saat ini masih kekurangan alat pemantau dalam mendeteksi aktivitas gunung api yang berpotensi menimbulkan tsunami.
Meski sama-sama didaulat sebagai negara rawan bencana, Negeri Sakura dinilai lebih siap daripada Indonesia terlebih dari sektor teknologi mitigasi. Pengalaman gempa maupun tsunami ratusan tahun lalu menjadi modal penting bagi Jepang.
Dilansir melalui situs resmi Japan Meteorological Agency (JMA), organisasi ini memiliki data sejarah gempa dan tsunami yang pernah melanda Jepang dengan sangat lengkap.
Pemetaan gempa yang pernah terjadi, sistem pengawasan dan mitigasi, sistem peringatan dini, serta teknologi dan langkah yang sudah dilakukan Jepang dapat diakses melalui situs tersebut.
Sebagai negeri yang kerap dilanda bencana ternyata mengundang berbagai pendapat dari para pakar dunia. Kali ini rasa kepedulian mereka bertujuan untuk memperbaiki penanganan bencana di Indonesia.
Seorang pakar gempa dari Universitas Southampton, Stephen Hicks, mengatakan rancangan persiapan terhadap pencegahan bencana di Indonesia mesti ditingkatkan. Indonesia harus lebih siap dan selalu waspada dengan bencana yang akan timbul.