[caption caption="Sindonews.com"][/caption]Sama seperti minggu-minggu sebelumnya, dua orang pemuda itu tengah asyik mengobrol membunuh waktu di malam dimana biasanya para muda menghabiskan waktu bersama pasangannya, menikmati dunia berdua, dan orang lain hanya pemeran figuran saja. Mereka berdua biasanya -atau lebih tepatnya selalu - berkumpul di kamar kontrakan milik Greg, yang dianggap lebih nyaman karena lebih sering disapu. Jangan tanya kenapa mereka tidak pernah berkumpul di kamar kos milik Hendy.
 Kau pasti tidak akan tahan melihatnya. Bahkan kadang Greg heran ada manusia yang bisa hidup di kondisi kamar menjijikkan semacam itu. Bahkan ketika kau membuka pintu kamar Hendy untuk pertama kali, kau akan disambut oleh bau apek dan keringat, serta bau cucian basah di sana. Jangan tanya apa yang ada di dalamnya. Kadang kau akan dapat menemukan roti tawar yang sudah berjamur, yang entah apa pasal, masih disimpan dan tidak dibuang selama berbulan-bulan oleh Hendy
Pekerjaan mereka sama sebagai seorang pegawai di sebuah kantor akuntan publik yang ada di daerah Jakarta Selatan. Hanya saja kantor tempat mereka bekerja berbeda. Pertama mereka bertemu adalah di sebuah seminar akuntansi nasional yang diadakan oleh salah satu kampus terkemuka di Jakarta. Awalnya hanya basa-basi saja, namun setelah mengetahui bahwa mereka tinggal berdekatan - berjarak sekitar satu atau dua kilo mungkin - mereka jadi sering bertemu untuk sekedar makan malam atau membicarakan masalah pekerjaan sehari-hari. Saling mengutuk dan mengucap sumpah serapah atas apa yang dialaminya di kantor.
Kamar Greg, tidak terlalu luas. Hanya ada sebuah ranjang, sebuah lemari kayu tempat ia menaruh barang, sebuah rak buku tempat ia menaruh buku-buku fiksi dan komik miliknya, serta sebuah PC gaming yang ia gunakan untuk memainkan game multiplayer online selepas kerja. Ada kamar mandi di dalamnya, yang cukup bersih karena ia rajin membersihkannya setiap minggu. Ada pula sebuah kipas merek Okayama berwarna biru yang tergantung di atas dinding, yang senantiasa menyala dari pagi hingga malam. Kau bayangkan saja betapa panasnya suhu ibukota, yang tanpa kipas angin atau ac, bisa jadi kau akan menjadi roti panggang panas di dalam kamarmu.
Greg masih sibuk dengan game onlinenya, beberapa menit yang lalu whatsappnya memunculkan pesan ajakan bermain Warcraft bersama. Sementara Hendy sibuk dengan hp miliknya, membaca cerpen terjemahan karya Haruki Murakami yang ada di sebuah blog, yang entah milik siapa. Baru-baru ini ia memang keranjingan untuk membaca buku karya Haruki Murakami. Berawal dari sebuah status facebook milik temannya, ia memutuskan untuk membeli dan mencoba membaca. Tak disangka ternyata ada semacam 'klik' dan candu yang ia rasakan saat membaca karya Murakami. Serta merta ia mendeklarasikan dirinya sebagai penggemar karya Haruki Murakami - padahal yang baru dibaca hanya satu buku.
Hendy yang tengah duduk di atas ranjang Greg, tiba-tiba meletakkan hp miliknya, dan menengok ke arah jendela yang ada di dekatnya.
"Belum hujan."
"Kenapa?"
"Aku kemarin sempat melihat ramalan cuaca kalau hari ini akan turun hujan."
"Haha.. rupanya kau sama seperti bujang-bujang di luaran sana yang memohon hujan datang saat malam minggu tiba."
"Kau tidak?"