Mohon tunggu...
Syahdan Adhyasta
Syahdan Adhyasta Mohon Tunggu... Administrasi - Profil

Hidup ini bagaikan sebuah lautan, dan kitalah nelayan yang sedang mengarunginya.. Sejauh apapun kita melaut, pasti akan ada masa dimana kita harus kembali ke daratan tempat kita berasal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Filosofi Tarian Wayang Orang

21 Januari 2015   21:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:40 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14218267211982819511

[caption id="attachment_392276" align="aligncenter" width="317" caption="gambar: www.pinterest.com/pin/433471532855676532/"][/caption]

Beberapa hari ini saya lagi gandrung nonton wayang orang di youtube. Yah, tumben-tumbenan anak muda seperti saya yang suka nonton Naruto, Bleach dan anime dari jepang tetiba pengen liat wayang orang. Awalnya sih suka pengen liat wayang orang yang ada karakter arjunanya, keknya keren juga kostumnya, jadi pengen punya. Tapi lama-kelamaan kok saya suka ya liat tarian di dalam wayang orang itu.

Beda gitu dengan tarian lain yang selama ini saya lihat. Seperti ada sesuatu yang tersimpan di dalam gerakan tarian itu. Mungkin saya jabarkan aja ya, filosofi yang saya tangkap. Kalo ada yang salah tolong dimaafkan, karena ini pegamatan pribadi saya.

Jadi, tarian di wayang orang, itu menyesuaikan dengan karakter yang dimainkan. Dan ini baru saya temui di tarian wayang orang saja, belum saya tangkap di tarian-tarian lain di negara manapun.

Saya kasih contoh ya, tarian karakter laki-laki ini bisa dikategorikan menjadi dua, yaitu laki-laki yang lemah lembut dan laki-laki yang tegas. Sangat terlihat perbedaan gerakan antara kedua sifat tersebut. Misalnya karakter arjuna, yang berwatak halus, memiliki gerakan yang lebih gemulai. Sedangkan laki-laki yang tegas dan agak kasar, seperti gatotkaca misalnya, gerakannya tegas dan sangat kuat. Hal ini sesuai dengan realitas di dunia ini, dimana laki-laki ada yang memiliki watak yang halus dan ada pula yang berwatak kasar.

Contoh lain ya, di tarian Bambangan Cakil. Karakter bangsawan yang halus dan lembut memiliki gerakan yang sangat minim dan tenang. Namun, sekali bergerak, gerakannya sangat efektif dan sangat bertenaga. Seolah-olah hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang telah dewasa cenderung memikirkan polah tingkahnya, tidak terburu-buru dan tenang dalam mengambil keputusan.

Berbeda dengan gerakan cakil, yang sangat grusak-grusuk, bergerak kesana-kemari, dengan gerakan yang tegas dan terlihat kuat. Namun saat bertanding tidak memiliki tenaga. Hal ini menunjukkan karakter orang yang terburu-buru dan tidak menggunakan akalnya dengan baik. Seolah-olah ia kebanyakan tingkah dan membuang energinya sia-sia.

Lain halnya dengan karakter orangtua dengan anak muda. Gerakan karakter yang lebih tua umumnya sangat minim bahkan jarang bila dibandingkan karakter tokoh yang lebih muda. Seolah-olah karakter orangtua digambarkan tidak sebergairah saat muda, lebih tenang dan mampu mengendalikan polah tingkahnya.

Dan ini, belum saya temukan ditarian manapun. Ya, baru ini saja.

Kalo dipikir-pikir ternyata nenek moyang kita (orang jawa) sangat jenius, sehingga bisa menciptakan karya seni yang indah ini. Sayang sekali, jika kita generasi muda ndak peduli dan melupakan karya seni yang indah ini. Saya kadang berandai-andai, semoga suatu saat pemerintah membuat kurikulum yang pas untuk memasukkan unsur budaya ini ke sekolah-sekolah. Pasti budaya ini akan dapat dilestarikan dan diminati lagi.

Ya itulah,, sekedar analisis ringan saja dari saya. Maafkan jika ada yang salah. Jika mungkin ada yang lebih tahu filosofi yang lebih mendalam, silahkan ditambahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun