Hubungan gilaku dengan James kian menjadi-jadi. Setiap hari kami selalu bertemu, bertukar cumbu dan berpelukan di dalam kantor milikku. Beberapa orang pegawaiku nampaknya mulai mengendus hubungan terlarang kami ini. Tapi aku selalu memastikan bahwa jika mereka masih ingin bekerja di butikku, mereka harus menyimpan baik-baik rahasia ini.
Aku tahu dan sangat paham betul bahwa apa yang kulakukan ini salah. Tapi, apalah daya, aku begitu menikmati setiap kebersamaanku dengan James. Pria yang selalu kumimpikan akan menjadi pasanganku selama bertahun-tahun. Aku masih menjaga kerahasiaan hubungan kami, hanya karena belum siap untuk mengatakannya pada Pram. Aku belum siap untuk kehilangan Pram yang begitu mencintaiku dan aku juga masih ragu apakah aku harus melanjutkan hubungan laknat dengan James ini. Aku masih ragu apakah James benar-benar serius padaku atau hanya menganggapku sebagai mainan belaka?
Aku mengulum mulut James, sebelum akhirnya kami berpisah. Ciuman miliknya selalu menggugah romantisme yang begitu mendalam.
Ah seandainya, Pram bisa seperti James.
----
Sudah beberapa hari ini, aku mengalami hal yang aneh. Perutku mual dan aku sering kehilangan nafsu makanku. Dan setelah memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter, ternyata benar dugaanku...
Aku hamil
Ya,,, aku sedang mengandung 3 minggu.Â
Di saat seperti ini harusnya aku merasakan kesenangan dan kegembiraan, karena seorang manusia kecil akan tumbuh dan lahir dari rahimku. Tapi, entah kenapa aku ragu. Aku tidak benar-benar tahu, siapa sebenarnya ayah dari janin yang kukandung ini. Aku tidak yakin apakah Pram atau James-lah yang telah menanam benih di rahimku ini.
Pram yang tak mengetahui apa-apa dari kelakuan nakalku, sangat bergembira. Ia tak henti-hentinya mencium pipiku, dan mengelus-elus perutku. Memang sudah sejak lama ia menginginkan kehadiran seorang bayi. Terkadang diam-diam aku melihatnya browsing di internet sekedar melihat gambar bayi yang sedang digendong oleh ayahnya, atau sekedar iseng mencari arti nama yang akan ia jadikan nama anaknya.
Aku hanya tersenyum palsu melihat kegirangan Pram. Ia menyebar berita kegembiraan ini kepada teman-teman di grup Whatsapp nya, baik teman-teman kuliah, sekolah ataupun teman-teman kerjanya. Dengan segera pula ia menelepon ayahnya dan juga ibuku untuk mengabarkan kegembiraan ini. Seharian ini dia ta berhenti tertawa riang menyambut 'janin' yang mungkin bukan miliknya.