Rindang dengan serta merta pergi meninggalkan rumah. Ia pergi ke rumah orangtuaku dan mengadu tentang kelakuanku yang sering kelayapan malam bersama teman-temanku, seperti layaknya ABG yang baru mengenal dunia. Ia menyulut emosi keluargaku dengan memfitnah bahwa aku telah tega menelantarkan dirinya. Malah kejamnya, ia mengatakan bahwa mungkin aku berselingkuh dengan wanita lain, sehingga kelakuanku berubah.
Malam itu... Mama dan Papa mengedor keras-keras pintu rumahku.
"KRESNA! BUKA PINTU!"
Aku yang linglung dengan apa yang terjadi, membuka pintu dengan wajah tak bersalahku. Belum sempat aku mengatakan apa-apa, Mama dan Papa menghujaniku dengan berbagai hujatan atas kelakuanku yang tak menyenangkan pada Rindang. Aku melotot marah pada Rindang, namun dengan segera ia mengalihkan pandangan, sibuk dengan tangisan-tangisannya.
Aku mencoba menjelaskan semua. Tapi, Mama dan Papa lebih percaya kata-kata Rindang daripada kata-kata anaknya.
"OMONG KOSONG. Mana mungkin film dan lagu macam itu kau jadikan alasan kelakuanmu." ucap Papa.
"..."
"Kamu benar-benar keterlaluan kali ini Kres." tambah Mama.
Aku tidak menjawab apa-apa. Hati dan kepalaku terasa sangat panas, mendidih rasanya dan ingin membentak orangtuaku... Hanya saja naluriku sebagai seorang anak melarangku untuk meninggikan suaraku pada orangtua yang telah membesarkanku itu.
Hinaan dan hinaan terus terdengar dari kedua orangtuaku. Ditambah lagi Rindang memanas-manasi keadaan dengan menceritakan fakta yang berkebalikan. Aku mengangkat tangaku, ingin menampar pipi istriku itu. Tapi kuhentikan saat Mama berteriak, JANGAN.
Aku yang sudah tersulut emosi itu, segera lari ke arah kamarku. Aku raih laptop kecil milik istriku yang ada di meja.Â