“Sudah bilang terima kasih belum?”
“Udah..” katanya riang.
Mereka pun berpamitan. Seperempat jam kemudian akhirnyaaa mereka sampai juga. Lega hati Ariedo, ingin tertawa sejadi-jadinya mengingat usahanya beberapa hari ini tidak sia-sia. Hohoho..
“Ayah, bekalku mana?”
Lhoh? Iya lupa.
“Aduh, Ayah lupa, Intan. Nanti waktu istirahat Ayah bawain ya? Intan mau apa?”
“Aku mau nugget yang itu lho. Kucing.. buyung.. Yang ada saosnya.”
“Oh itu… Oke”
Di TK anak Ariedo bersekolah sudah menjadi kebiasaan untuk membawa bekal. Tiap pagi sudah menjadi kebiasaan darinya untuk membuat bekal untuk puterinya. Diam – diam Ariedo, punya bakat masak lho. Awalnya sih dulu iseng-iseng saja. Tapi semenjak ada Intan, dia menjadi semakin intensif memasak dan semakin jago dalam hal satu ini.
Ariedo pun mengantarkan Intan ke dalam kelas. Intan pun segera berlari dan ikut bergabung dalam kelompok bermain. Diperhatikannya sejenak polah tingkah puteri kesayangannya itu. Di depan kelas terlihat sesosok wanita muda bergamis hijau sedang bernyanyi bersama anak-anak. Untuk beberapa detik, mata mereka saling bertatapan. Tidak ada yang tahu apa yang mereka pikirkan saat mata mereka saling bertatapan. Tapi dari beberapa detik itulah, kisah awal mereka akan dimulai.
***
*maaf janjinya sabtu tapi molor sampe kamis.. saya janji deh tiap kamis bikin lanjutannya (moga ada yang mau baca T___T)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H