Pendidikan yang dilakukan melalui diselenggarakan untuk membentuk pribadi manusia yang berakhlak mula, berkompeten dan mampu mengisi serta bersaing menghadapi tuntutan zaman. Tantangan zaman yang senantiasa mentransformasi pengetahuan berpengaruh pada kegiatan pendidikan untuk senantiasa tidak mandeg menata dan memperbaharui kegiatan pembelajaran, salah satunya berkaitdengan landasan pelaksanaan pembelajaran yaitu mampu menerapkan kebermanfaatan fenomena pergeseran berbagai teori pembelajaran.
Teori belajar senantiasa mengalami pergeseran melihat berbagai kekurangan pada teori terdahulu, rasa keingintahuan para ahli untuk memecahkan kekurangan yang ada pada teori sebelumnya, sikap kritis para ahli yang senantiasa mencari kebenaran ilmu pengetahuan dan perkembangan iptek. Teori belajar mengalami pergeseran dari teori belajar koneksionisme ke kognitivisme, beralih ke kontruktivisme dan sampai saat ini berakhir pada teori belajar humanisme.
Teori yang setidaknya paling tua muncul yaitu teori koneksionisme-behaviorisme yang mengamati perubahan hasil belajar yang dapat diukur melalui rangsangan dan respon. Siswa akan berperilaku apabila diberi rangsangan, sehingga siswa menjadi individu pasif, kurang produktif karena adanya ketergantungan pada stimulus yang diberikan oleh guru dan kurang eksplorasi pengetahuan.
Uraian yang dikemukakan teori kognitivisme yang merupakan pergeseran dari teori belajar koneksionisme-behaviorisme yang lebih mengutamakan proses belajar dengan menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi dan emosi melalui penerimaan informasi (asmilasi) dan penyesuaian struktur kognitif(akomodasi). Teori kognitivisme menyiratkan pentingnya faktor internal mental individu siswa dalam belajar tanpa mengesampingkan faktor eksternalatau lingkungan
Pembelajaran akan lebih bermaknaapabila dialami oleh siswa itu sendiri sehingga menghasilkan pengalaman belajar nyata. Teori kognitivisme selanjutnya bergeser ke teori konstruktivisme yang pengalaman belajar yang nyata diperoleh siswa dengan mengkonstruksi, membangun pengetahuan sendiri terus-menerus sehingga terjadi perubahan konsep ilmiah. Guru hanya berperan untuk membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan peserta didik berjalan dengan lancar melalui penyediaan lingkungan dan sarana prasarana sebagai tempat menimba pengalaman nyata sebagai pengetahuannya.
Pergeseran teori yang lebih unggul sampai pada saat ini yaitu teori humanisme. Teori ini melihat dimensi manusia sebagai pebelajar yang tujuan utamanya memanusiakan manusia, untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri siswa yang belajar secara optimal. Pembelajaran humanisme mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa, sehingga guru diharapkan menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran.
Tidak dapat dipungkiribahwa teori pembelajaran senantiasa mengalami pergeseran selaras berkembangnya pengetahuan. Masing-masing teori pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, yang dapat dilihat dari berbagai sisi, konteks yang dianut namun hendaknya dapat dijadikan referensi bagi guru (pendidik) untuk diilhami secara bijak dalam kegiatan KBM hendaknyaberlandaskan teori yang lebih mutakhir, mengoptimalkan proses KBM, mendorong pemilihan cara-cara yang tepat untuk membelajarkan siswa, mendorong guru untuk selalu up to date/ responsive terhadap perubahan, dan membantu guru untuk mengkondisikan pembelajaran secara nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H