Belajar selalu mengenal orang, mengenal siapa pelaku belajar. Belajar juga patuh pada kehendak keyakinan dan emosional seseorang serta lingkungan yang diberikan. Input atau penerimaan seseorang dalam pembelajaran berbeda-beda. Terdapat pembelajar visual (menekankan pada indera penglihatan), pembelajar auditori (input audio sebagai penerimaan pembelajaran), dan kinestetis fisik yang menekankan pada praktik nyata termasuk penggunaan kreativitas gerak.
Berdasarkan uraian tersebut, maka tersiratkan bahwa sikap atau gaya belajar seseorang berbeda satu sama lain. Lalu, apa yang sebenarnya mendasari itu semua? Jawabannya adalah otak. Otak manusia adalah multiprosesor yang mengkoordinasikan segala sinyal rangsangan dan mengendalikan seluruh tubuh. Pada saat pembelajaran, otak bertindak sebagai pos perjalanan stimulus yang datang. Semua input sensori disortir, diprioritaskan, diproses, disimpan atau dibuang ke dalam ruang bawah sadar untuk kemudian diproses oleh otak.
Keunikan tersebut hendaknya dapat dihargai dan dihormati melalui penyiapan pebelajar sebelum kegiatan pembelajaran. Pembangkitan motivasi dan keyakinan sebelum pembelajaran merupakan hal yang urgent. Motivasi yang mendorong keyakinan dan penghargaan diri akan menciptakan sugesti positif untuk membangun kekuatan diri internal sehingga menghasilkan sikap eksternal yang diharapkan dalam belajar.
Belajar tidak hanya melibatkan pemikiran tapi rasa atau emosional untuk menyelam bersama pada proses pembelajaran. Dukungan dan penataan emosional sebelum pembelajaran, akan membuat seseorang percaya diri, terbuka dan mau mencoba sesuatu hal baru dalam belajar. Belajar juga memerlukan lingkungan yang mendukung yang men-support segala kegiatan belajar seperti peran keluarga, teman-teman serta pengaruh sosial budaya dalam belajar.
Nutrisi tak kalah penting dalam meningkatkan pembelajaran. Guna meningkatkan pembelajaran, otak memerlukan nutrisi-nutrisi yang baik, yaitu oksigen, glukosa dan protein seperti tyrosine yang membantu meningkatkan kemampuan berfikir dan tryptophan yang memberikan efek penenangan. Tyrosine terdapat pada makanan yang berprotein tinggi, seperti produk-produk susu, daging, ikan, telur dan tahu yang dapat menambah daya pikir.
Setiap otak manusia memiliki perkembangan yang unik, artinya pemikiran dan penilaian atas sesuatu pada setiap individu berbeda-beda. Pada dasarnya setiap individu mempunyai prinsip dan cara kerja otak yang tidak sama. Keunikan tersebut akan sangat tampak dimana saat seseorang sedang belajar karena pada saat belajar, otak pasti akan bekerja aktif. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan tantangan bagi pendidik untuk mengatur strategi dalam pembelajaran, agar dapat menghormati dan mendukung perbedaan yang ada di antara para pebelajar. Pendekatan sederhana terhadap perdebatan gaya pembelajaran adalah dengan cara memberikan variasi atau pilihan.
Seni dalam membelajarkan otak agar tercipta stimulus dan koneksi belahan otak diantaranya pembelajaran dengan mind-mapping yang merupakan metode sempurna untuk pra-pemaparan pembelajar terhadap suatu topik. Proses penciptaan mind-map, displai visual grafis dari subjek yang melukiskan hubungan kunci dengan simbol-simbol, warna, dan kata-kata menarik, menciptakan makna bagi pembelajar. Seni pembelajaran otak selanjutnya yaitu meningkatkan pembelajaran dengan ilmu pengetahuan sebelumnya dan visualisasi serta relaksasi. Kegiatan relaksasi sangat penting untuk me-refresh-kan kembali otak dan pikiran para siswa agar tidak merasa tertekan dan stres dalam mempelajari materi yang diberikan seperti tawa dan humor, musik, game dan aktivitas, diskusi dan percakapan tak terstruktur, ritual yang menurunkan stres dan visualisasi.
Otak manusia yang unik perlu dijaga dan diperkaya. Hal-hal penting yang dapat memperkaya otak yaitu kebaruan, tantangan, koheren, waktu, dan umpan balik. Kebaruan, tantangan dan koheren merupakan sebuah stimulus baru, menantang dan koheren serta bermakna untuk merangsang otak dan memperkaya otak. Pembelajaran juga harus terjadi sepanjang waktu untuk menciptakan stimulus respons pembelajaran dan diberikannya umpan balik. Selain itu, pemerkayaan otak dapat juga dilakukan melalui keikutsertaan seseorang pada kegiatan-kegiatan sosial yang menyentuh emosi, berlatih memecahkan problem-problem yang logis, hindari stres yang berat serta tentunya perlu memperhatikan nutrisi otak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H