Mohon tunggu...
Ani Yuliani
Ani Yuliani Mohon Tunggu... -

Aku akan terus berjalan, selama jalan itu lurus (first) Aku mengejar ilmuku, tapi aku juga mengejar kasih sayangku (second) Tiada pernah sepi orang yang dihatinya punya kasih sayang untuk orang lain (third) GiVe thE besT, now ! Acacaiyating ...! Ohayoo Gozaimatsu the world !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyoal Tingkatan Otak, Menjawab Keberbakatan Melalui Kunci Aktivasi Pembelajaran

17 Desember 2011   02:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:09 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kalanya seseorang belajar dengan cepat (learning in a speed way) ketika ia merasa suka dengan sesuatu yang dipelajarinya, namun adakalanya juga merasa belajar sangat lambat. Ada kalanya seseorang melakukan management belajar, dengan membaca cepat (speed reading)¸ merangkum (re-notes), menghafal, berlatih menjawab soal sampai pada mengulang-ulang materi yang dipelajari. Management belajar mana yang sering kita lakukan?

Fakta memperlihatkan bahwa ada seseorang yang apabila membaca satu kali langsung paham, sedangkan yang lain harus bolak-balik membaca (the chemistry of understanding). Seringkali pula ketika seseorang belajar muncul sugesti untuk berhenti sejenak (delete procrastination), bahkan seringkali informasi belajar yang telah kita simpan, sulit dipanggil kembali (re-calling brain information). Apa yang terjadi?

Agaknya beberapa fakta tersebut telah mengarahkan kita kepada pemikiran tentang pusat syaraf penggerak dan pengkoordinasi sinyal-sinyal segala rangsangan yaitu otak. Menyoal tentang otak, maka tidak dapat dipungkiri bahwa otak merupakan bagian tubuh yang vital karena semua gerakan tubuh, fungsi organ-organ tubuh, koordinasi sinyal-sinyal rangsangan dikendalikan oleh otak.Otak juga merupakan brankas penyimpanan rapi memori sejak lahir dan jembatan perjalanan untuk setiap stimulus yang datang, menyortir input sensori, memprioritaskan, memproses, menyimpan atau membuang ke dalam ruang bawah sadar.

Otak manusia pada dasarnya memiliki tiga tingkatan yang terdiri dari otak reptil atau batang otak, otak mamalia atau sistem limbik, dan neokorteks. Otak reptil terbatas pada kegiatan dan penerimaan rangsangan fisik dan merupakan tingkatan otak paling rendah. Otak mamalia berfungsi memberikan arti pada suatu kejadian emosi, sosial dan emosional. Sistem limbik di dalam otak mamalia berperan sebagai saklar untuk menentukan otak mana yang akan aktif, otak reptil atau otak neocorteks. Jika seseorang dalam keadaan tegang, stres, takut atau marah, maka informasi yang diterima otak akan di teruskan ke otak reptil. Apabila seseorang dalam keadaan bahagia, tenang, dan rilex, maka otak neocorteks akan aktif untuk berpikir. Otak neocorteks merupakan otak yang paling tinggi yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, berpikir abstrak dan dapat memecahkan masalah.

Semua kehidupan manusia dikendalikan oleh otak, seperti makan, berjalan, berlari, duduk, bersepeda, belajar, menyanyi dan sebagainya. Selanjutnya, berkait dengan tingkatan dan fungsi otak, bagaimana otak dapat menjawab tentang keberbakatan? Keberbakatan erat kaitannya dengan IQ yang dapat dikatakan sebagai modal awal sebuah bakat. Bakat dibawa sejak lahir, namun perlu penggalian bakat secara mendalam yang disebut keberbakatan.

Keberbakatan anak tidak hanya didasarkan pada IQ, namun juga EQ seperti kesadaran diri, motivasi pribadi, pengaturan diri, empati dan keahlian sosial. IQ dan EQ dikendalikan dan berasal dari pembagian fungsi daripada tingkatan otak. Berkait dengan hal tersebut, maka penggalian bakat atau keberbakatan dapat dilakukan melalui aktivasi pembelajaran yang mengedepankan pada kinerja otak yang dalam hal ini dikhususkan pada pembicaraan bidang pendidikan.

Proses pendidikan haruslah dapat mengembangkan bagian-bagian otak untuk sampai pada keberbakatan anak. Pembelajaran berbasis otak memungkinkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan stimulus untuk mengaktifkan sinapsis yang ada di otak yang akan merangsang sel-sel otak untuk menyambung dan memacu otak untuk bekerja serta membawa individu pada keadaan senang tanpa paksaan. Ketika otak dalam keadaan senang dan rileks maka koneksi antar otak akan lebih cepat tersambung dan dapat kemungkinan mencapai otak neokorteks, sehingga otak reptil dan sistem limbik dapat terkembang.

Proses pembelajaran yang diterapkan pada anak usia sekolah dasar hendaknya disesuaikan dengan kemampuan otaknya karena jumlah dan ukuran saraf otak terus bertambah hingga anak memasuki usia remaja. Tahap-tahap pembelajarannya diawali dengan tahap prapemaparan, akuisisi, elaborasi, formasi memori sampai pada integrasi fungsional agar otak dapat mengaitkan antara pesan yang satu dengan pesan lain dan menyimpannya dalam memori. Jadi, jelaslah bahwa pengaktifan ketiga tingkatan otak dapat mengarah pada pembentukan anak berbakat atau pengembangan keberbakatan yang ditandai dengan anak tidak hanya memiliki IQ di atas rata-rata, namun diimbangi dengan EQ melalui kegiatan aktivasi pembelajaran yang memfokuskan stimulasi ke otak sampai fungsi pada neokorteks, seperti kegiatan memecahkan masalah, membangun kreasi, pembelajaran sambil bermain, dan sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun