Kabid Dokes Polda Jabar Pramudjoko mengatakan bahwa Sisca tidak sejak awal terseret, melainkan sebelumnya berpegangan pada pelaku dengan cara merangkul Wawan yang dibonceng Ade.
"Di tengah jalan baru lepas dan jatuh. Luka di kepalanya kemungkinan karena kena ini (sambil menunjuk bagian motor-red). Baru terseret dan berhenti," kata Pramudjoko.
Hamidah menanyakan jarak dari Sisca jatuh sampai motor terhenti. "Setelah dihitung dari kosan sampai lokasi ditemukan 830 meter. Dari titik CCTV sampai ditemukan 400 meter, jadi sekitar 400 meter," kata Kasatreskrim Polrestabes Bandung Trunoyudo Wisnu Andiko.
Jadi, ceritanya menurut polisi, Sisca "nangkring" di punggung Wawan, salah satu tersangka, terbawa motor menempuh sejauh 400 meter. Lalu terjatuh dengan kening terluka menghantam motor dan rambut masuk ke gir lalu terseret sejauh lebih dari 400 meter lagi. Katanya Wawan juga tidak sadar ada yang terseret. Setelah total menempuh lebih dari 800 meter, tersangka baru tahu dan berusaha memotong rambut korban dengan golok, tetapi kena kepala . Percaya bisa begitu ? beLIEve ?
Seharusnya pihak polisi sadar bahwa sudah terlalu banyak kejanggalan dalam cerita kronologis kasus pembunuhan Sisca Yofie ini. Semakin lama, semakin nampak hal-hal yang tidak logis. Akhirnya timbul pertanyaan dalam masyarakat "Mengapa polisi begitu percaya kepada pernyataan para tersangka?" Bukankan seharusnya pernyataan para tersangka adalah yang terakhir dipercayai setelah fakta dan saksi dikumpulkan lalu diolah secara logis ?
Hukuman atas kasus pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan korban tewas berbeda dengan pembunuhan terencana, para tersangka tentunya menyadari hal ini, atau mereka terlalu "pede" bisa lolos dari Dewi Keadilan ?
Disadari atau tidak kasus pembunuhan Sisca Yofie ini telah menggugah rasa keadilan dalam masyarakat sekaligus mengingatkan bahwa rasa aman sudah menjadi barang langka. Kemana lagi masyarakat bisa mengadu dan berlindung jika perkataan tersangka lebih didengarkan daripada suara menuntut keadilan ?
Dirgahayu Republik Indoneisa ke-68. Merdeka...!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H