Berawal dari masalah pribadi yang berujung pada konflik antarsuku. Peristiwa inilah yang tengah terjadi di Timika, Papua. Sejak kematian Kepala Suku Dani, Korea Woker yang tewas di Kawasan SP 6 Timika, Senin, 11 Agustus 2014 lalu membuat situasi di Timika terus tidak Kondusif. Pemberitaan yang tidak benar tentang kematian Kepala Suku Dani ini berkembang begitu cepat di masyarakat.
Sejak peristiwa tersebut terjadi, dilaporkan sebanyak 10 warga pendatang telah menjadi korban dari kerusuhan yang ditimbulkan. Kerusuhan itu merupakan aksi balas dendam yang diakibatkan dari berkembangnya isu tentang kematian woker yang dibunuh oleh pendatang.
Isu ini adalah isu yang sengaja disebarkan oleh kelompok tertentu yang tidak menginkan kedamaian di Timika dengan memanfaatkan peristiwa tersebut untuk merusak hubungan antara masyarakat asli Timika dengan masyarakat pendatang. Bukan itu saja, saat ini pun aparat TNI/Polri juga di isukan berada di balik kejadian tersebut.
Dari informasi yang sebenarnya, bahwa kemungkinan kematian Kepala Suku Dani, Korea Woker yang menjadi awal terjadinya rentetan kasus pembunuhun ini di akibatkan dari masalah pribadi.
Dimana Korea Woker mempunyai perempuan simpanan. Perempuan yang diketahui masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) ini telah menjalin hubungan cukup lama dengan Korea Woker. Namun ditengah jalan perempuan yang tidak diketahui namanya tersebut rupanya juga tengah menjalin hubungan dengan laki-laki lain dan akhirnya lalu meminta Woker untuk memutuskan hubungan dengannya.
Woker yang telah banyak mengeluarkan biaya selama ini tidak menerima begitu saja, dan lalu kemudian menuntut dikembalikannya biaya yang selama ini telah diberikan kepada perempuan dan keluarganya. Keluarga perempuan yang tidak terima, dengan permintaan tersebut kemungkinan lalu mendatangi woker dan membunuhnya.
Kesimpangsiuran dari masalah inilah yang lalu sengaja dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk memperkeruh situasi di Timika. Sehingga diharapkan kita sebagai masyarakat agar tidak terlalu mudah terpengaruh dengan pemberitaan yang belum jelas kebenarannya. Dan juga agar kita dapat menahan emosi dan tidak terprovokasi ikut dalam konflik yang telah menjalar ke konflik suku tersebut. Sehingga apabila ada hal-hal yang menonjol dan dirasa tidak benar yang dilihat oleh masyarakat agar segera melaporkannya kepada aparat setempat supaya konflik ini tidak terus berkelanjutan.
Salam Timika Damai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H