Mohon tunggu...
Alex Tampubolon
Alex Tampubolon Mohon Tunggu... -

Seorang yang selalu mengatakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Merebut Suara “Undecided Voters” dalam Pilpres 2014

7 Juni 2014   18:29 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:49 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Persaingan dalam merebut suara dalam pilpres 9 Juli mendatang semakian ketat. Dua pasangan Capres yaitu Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, secara intensif menyisir kelompok massa yang memiliki potensi suara signifikan untuk merebut simpati mereka. Di antaranya adalah kelompok pemilih yang potensial untuk dirangkul adalah mereka yang sampai saat ini belum menentukan pilihan (undecided voters). Kandidat yang sukses merangkul undecided voters akan menjadi pemenang.

Sejumlah survei mengindikasikan potensi suara kelompok pemilih yang belum memiliki preferensi politik ini mencapai 30%-40% dari total pemilih. Dengan demikian, apabila ada warga yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) pada  pilpres 9 Juli nanti diperkirakan 190 juta, maka potensi suara undecided voters mencapai 76 juta.

Mereka inilah yang termasuk dalam kelompok undecided voters yaitu para pemilih pemula dan pemilih muda. Pemilih pemula adalah mereka yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya, dan jumlahnya diperkirakan 10%, atau sekitar 19 juta orang. Sedangkan, kelompok pemilih muda adalah mereka yang berusia 17-30 tahun, dan diperkirakan 30%, atau berkisar 57 juta.

Dari gambaran tersebut, maka tampaklah bahwa mayoritas undecided voters adalah kelompok pemilih muda. Meskipun demikian, kita juga harus menyadari tentu ada di antara pemilih muda yang sudah memiliki preferensi siapa capres yang akan dipilihnya kelak.

Keberadaan pemilih muda menjadi bagian terbesar dari undecided voters tentu menarik untuk dicermati. Pasalnya, kalangan ini memiliki tipikal yang berbeda dengan kelompok pemilih yang lebih tua. Dengan demikian, perlu pendekatan khusus untuk merangkul simpati mereka, dan mengubahnya menjadi pemilih loyalis.

Salah satu karakter pemilih muda yang membedakan dengan pemilih yang berusia lebih tua adalah mereka hidup dan tumbuh berkembang dalam lingkungan yang terbuka. Kemajuan teknologi informasi, yang antara lain diwarnai dengan kehadiran media sosial, menjadi bagian dari keseharian pemilih muda. Oleh karenanya, mereka lebih terbuka menerima informasi dari banyak sumber.

Karakter lainnya, kelompok pemilih muda umumnya kalangan yang lebih terdidik. Bekal pendidikan ini membuat mereka bersikap lebih kritis, tidak mudah menerima begitu saja, termasuk dalam menyikapi pilpres dan melihat para capres yang akan bertanding. Mereka juga memiliki harapan dan orientasi akan masa depan mereka pribadi dan juga bagi bangsa Indonesia.

Apabila tidak ada pendekatan yang disesuaikan dengan karakter mereka, kelompok pemilih muda ini bisa menjadi apatis terhadap kehidupan politik yang faktanya diwarnai dengan berbagai perilaku koruptif dan manipulatif dan berpotensi menjadi golput. Jika ini yang terjadi, maka potensi 57 juta suara pemilih muda lenyap begitu saja.

Inilah tantangan sekaligus peluang bagi dua pasangan caprs yang akan berlaga dalam pilpres kelak, bagaimana mendekati dan menggarap kelompok ini, termasuk kelompok undecided voters lainnya, sehingga menjadi pemilih potensial yang siap memberikan suaranya. Selain untuk kepentingan jangka pendek pilpres, pendekatan yang dilakukan juga diharapkan memberi pemahaman yang tepat mengenai kehidupan politik, agar terbangun partisipasi politik dalam jangka panjang. Dengan demikian, langkah pendekatan para capres tersebut juga bisa mengikis potensi golput. Maka daripada itu jadikan masa kampanye ini sebagai masa untuk mengedukasi publik dengan visi, misi, dan program yang akan dilakukan bagi kebaikan Indonesia 5 tahun ke depan dan pada masa mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun