Mohon tunggu...
Alex Tampubolon
Alex Tampubolon Mohon Tunggu... -

Seorang yang selalu mengatakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemenangnya Adalah Partai Golkar

25 Mei 2014   16:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:08 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan saja  apabila pemilihan presiden 9 Juli nanti yang menjadi pemenangnya adalah Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Maka sudah pasti, Partai Golkar akan berpesta pora.  Katanya, Aburizal Bakrie atau Ical akan dijadikan menteri utama oleh Prabowo. Jabatan ini memang belum jelas diskripsi tugasnya, sudah pasti akan menempatkan Aburizal sebagai orang kuat yang kekuatannya di atas menteri.

Maklumlah, dalam sejarah pemerintahan di Indonesia, Aburizal Bakrie pernah dua kali menjabat menteri koordinator. Menteri Kordinator Perekonomian (21 Oktober 2004- 6 Desember 2005) dan Menteri Kordinator Kesejahteraan Rakyat pada Desember 2005- 21 Oktober 2009. Artinya, jika ada deal untuk Aburizal, maka jabatan sekelas menteri utamalah yang kemungkinan mampu menarik hati Aburizal. Jabatan yang khusus diadakan karena sosok Ical, panggilan Aburizal.

Bayangkan pula jika Joko Widodo-Jusuf Kalla yang unggul. Golkar pun akan bertepuk tangan. JK adalah kader Golkar juga. Bahkan JK memiliki karakter kuat sebagai pendobrak. Banyak yang menganalisis, jika Joko-Jusuf Kalla memimpin Indonesia, presiden yang sebenarnya adalah JK. Dia lebih memiliki karakter sebagai penekan.

Tahun 2004 menjadi catatan unik sejarah politik Golkar. Waktu itu, persis seperti tahun ini, JK digandeng Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon wakil presiden. Begitu SBY-JK menang dan akhirnya dilantik menjadi presiden/wakil presiden pada 20 Oktober 2004, pada bulan Desember JK langsung terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

JK diusung sebagai calon wakil presiden pada 2004, juga tidak mewakili Golkar. Wakil Golkar yang sah adalah Wiranto-Salahudin Wahid. Tetapi itulah kelebihan Golkar. Meski secara kelembagaan mengusung Wiranto-Salahudin, namun diam-diam Golkar juga mengusung JK. Ketika JK menang, Golkar berpesta dan akhirnya mendaulat JK sebegai ketua umum. Jejak sejarah seperti itu, bukan mustahil akan diulang kembali tahun ini. JK akan kembali menjadi Ketua Umum Partai Golkar. Sebuah keputusan yang praktis dan berbau oportunis.

Golkar memang lihay untuk bermain di dua kaki. Tahun 2014 ini, karena Golkar tidak mungkin lagi mengusung Aburizal sebagai calon presiden, maka "diselundupkanlah" nama JK ke PDIP yang mengusung Joko Widodo. Dengan pilihannya itu, maka sudah pasti Golkar akan tetap menikmati kekuasaan siapa pun yang menang.

Golkar memang tidak terlatih untuk tidak berkuasa. Partai ini sehari-hari adalah berkuasa. Partai bentukan Soeharto dengan orde barunya itu seperti tidak ada matinya. Partai ini hanya terpuruk pada pemilihan umum 1999 ketika reformasi digulirkan dan Soeharto tumbang. Saat itu Golkar seperti dinajiskan secara politik.

Namun hanya butuh satu periode, Golkar kemudian bangkit lagi dan langsung menjadi juara tahun 2004. Pada pemilihan umum 2009, Golkar menjadi juara kedua dengan 14,4 persen. Kini, Golkar tetap di posisi kedua juga dengan suara 14 persen. Meski perolehan suara selalu di atas, namun Golkar tidak pernah berhasil menggolkan kadernya menjadi presiden. Dengan cara menempatkan kaki di banyak tempat itulah Golkar eksis dalam kekuasaan. Golkar memang selalu menang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun