Kebiasaan tidak mandi pagi dan jarang menggosok gigi seakan melekat pada sebagian pelajar di Gayo Lues. Bahkan penggunaan sikat gigi dengan prosedur yang benar sangatlah rendah, bukan karena ketidakmampuan masyarakat. Namun, disebabkan karena rendahnya pemahaman tentang pendidikan kesehatan.
Dalam data observasi yang dilakukan bulan April 2017 dengan sample 6 SD Negeri di Kecamatan Pantan Cuaca, terdapat 435 siswa, yang tinggal bersama 2089 anggota keluarga, dan hanya memiliki 1496 buah sikat gigi, atau dengan presentase kepemilikan sikat gigi sebesar 71,61%. Dari jumlah tersebut hanya ada 98 keluarga yang sudah menggunakan sikat gigi sesuai dengan prosedur yang benar atau 1 orang 1 sikat gigi, atau dengan presentase 22,53%. Contoh lain, sebuah keluarga dari Selamatdin, seorang siswa yang tinggal di Kampung Tetingi bersama 6 orang keluarganya, hanya memiliki 2 buah sikat gigi.
Selain itu, dari wawancara yang dilakukan guru SM3T ( Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) kepada beberapa masyarakat, memang benar ada kebiasaan tidak mandi pagi dan jarang gosok gigi yang harus dirubah. Pemerintah daerah dan dinas kesehatan (puskesmas) bukan diam, berbagai pelatihan dan penyuluhan sudah dilakukan, namun belum cukup merubah kebiasaan masyarakat tersebut.
Atas dasar kepedulian terhadap kondisi pendidikan kesehatan untuk masyarakat tersebut SM-3T VI Gayo Lues bersama organisasi pelajar di Klaten, Jawa Tengah, Degapraya memperingati kemerdekaan RI ke-72 dengan membuat sebuah gerakan pengumpulan sikat gigi dan gerakan sikat gigi massal yang bertujuan membangun budaya hidup sehat untuk memberikan pendidikan kesehatan terhadap masyarakat Gayo Lues terutama pada pelajar. Gerakan ini diberi nama GERAKAN 17-8-1945.
Gerakan 17-8-1945 disini memiliki arti 1Gerakan, di 7 Titik, Pukul 8 Pagi, dengan 1945 Sikat Gigi. Gerakan pengumpulan ini akan diikuti dan dilanjutkan dengan gerakan sikat gigi massal se-Kabupaten Gayo Lues. Tujuh lokasi yang menjadi titik kegiatan, yaitu Pantan Cuaca, Tripe Jaya, Terangun, Tongra, Pining, Dabun Gelang, dan Putri Betung. Dalam pelaksanaanya gerakan ini akan menitikberatkan kalangan pelajar dari berbagai tingkat pendidikan dan melibatkan masyarakat umum serta jajaran petinggi Kabupaten Gayo Lues.
Gerakan 17-8-1945 ini dilaksanakan sebagai bentuk puncak dedikasi pengabdian setelah berbagai kegiatan yang  dilakukan oleh para guru SM3T VI Gayo Lues, diantaranya pengaktifan saluran radio di kecamatan Tripejaya, Gubug Pintar di Blangkejeren, penanaman 1000 pohon untuk hutan Leuser, lomba senam seribu dan wide game pramuka di Kecamatan Terangun & gebyar ramadhan di Kecamatan Pining.
Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk budaya hidup sehat masyarakat Gayo Lues. Selain mengajak masyarakat kabupaten setempat, guru-guru SM3T juga mencoba mengajak masyarakat Indonesia untuk ikut turun tangan dan iuran untuk peduli pada dunia pendidikan. Iuran dapat disalurkan melalui rekening BRI (3519-01-022493-53-6) a.n Gerakan 17-8-1945.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H