Copyrights ada pada Alexindo Management Consulting dan Alexander Batara, dilarang keras melakukan copy paste dan sharing tanpa seijin penulis.
Mencermati iklan - iklan dari para provider selular belakangan ini, nampak sekali adanya usaha untuk promosi jaringan selular mereka dan menawarkan solusi broadband baik untuk penggunaan internet secara umum maupun solusi bisnis berbasis broadband.
Sekedar penyegaran kembali, dalam internet dan broadband multimedia, kualitas jaringan tidak semata ditentukan oleh besarnya bandwidth anda ataupun  banyak sedikitnya BTS milik anda. Karena boleh-boleh saja provider X memiliki BTS hingga 1 juta menara dan backbone bandwidth hingga 1TB/s ke jalur backbone Amerika, namun jika jumlah BTS itu tidak memenuhi ratio normal antara kepadatan pengguna di sekitar menara terhadap jumlah BTS nya maka semua itu sia-sia belaka, belum lagi masalah traffic management bandwidth, di mana kualitas jaringan ditentukan oleh kelancaran stream data baik upload maupun download.
Salah satu provider selular terbaik yang baru-baru ini terpilih ternyata bukan yang terbesar, bahkan termasuk yang biasa-biasa saja meskipun bandwidth nya sendiri tergolong nomer 2 terbesar. Namun provider ini punya teknik sendiri dalam memanajemeni jaringan internetnya. Terbukti dari signal nya yang selalu penuh, dan ratio kecepatan internetnya cenderung stabil meskipun di jam-jam sibuk, sehingga banyak orang setia berlangganan blackberry pada provider selular ini.
Jika berguru kepada pakar nya internet bandwidth di Indonesia, yakni CBN, anda tentu tahu mengapa perusahaan ini sangat mati-matian menjaga QOS (Quality of Service) nya. Mereka bahkan pada masa-masa awal sangat membatasi pertumbuhan jumlah user terhadap ketersediaan jaringan baik pada bandwidth maupun pada jalur modem pool nya. Memang harga yang ditawarkan relatif tidak murah, namun anda mendapatkan kualitas yang sesuai dengan harga.
Price war atau perang harga pada layanan produk broadband terutama yang berbasis selular pada akhirnya bukanlah solusi, melainkan bisa mengakibatkan ekonomi biaya tinggi pada operasional perusahaan. Karena biaya pengembangan jaringan tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Anda boleh berkata improvisasi pendapatan dari layanan ringtone dan lain sebagainya, namun menjaga kualitas layanan jaringan adalah hal yang berbeda, karena biaya terbesar dari servis jasa ini adalah pada komponen quality services jaringan nya dari mulai backbone, ratio BTS per regional user hingga ke manajemen jaringan itu sendiri.
Yang harus dicermati lagi adalah, jumlah user yang besar bukan berarti pendapatan anda juga besar, karena semakin banyak investasi pada alat dan jaringan maka cost operasional nya juga semakin besar. Inilah mengapa tidak mudah menjaga dan memanajemeni perusahaan dalam skala raksasa. Belum lagi biaya mendidik dan melatih para backoffice dan para call centre officer yang bertugas 24 jam terus menerus. Mereka dituntut untuk tetap sigap dan segera melakukan perbaikan terhadap masalah yang dikeluhkan oleh para pelanggan.
Hal serupa juga berlaku pada layanan perbankan, biaya pelatihan dan investasi peralatan serta infrastruktur adalah hal terbesar yang harus diperhatikan baik-baik karena sifat dari industri jasa itu sendiri yakni customer satisfaction. Jangan karena nafsu mengejar pertumbuhan pelangganan dan pengguna jasa, lantas mengabaikan kesiapan infrastrukturnya. Karena sekali saja pelanggan tidak puas, mereka akan mudah beralih ke pesaing yang potensial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H