Mohon tunggu...
Pendekar Saham
Pendekar Saham Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial, Politik, Pendidikan, Teknologi

managecon.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Antara Bisnis Vs Main Saham

5 Juni 2010   03:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:44 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lampau seorang teman pernah melontarkan pendapat, main saham lebih untung daripada berbisnis. Terus terang saya tidak setuju. Meskipun saya sering keluar masuk pasar saham dan kadang-kadang bermain surat hutang negara, tapi saya tidak setuju dengan pendapat tersebut.

Pada kenyataannya di antara jajaran orang terkaya dunia, hanya Warren Buffet seorang yang berhasil duduk di ranking lima besar orang terkaya dunia. Sisanya ya para pengusaha itu. Dari mulai Bill Gates, hingga billionaire Carlos Slim Helu dari Mexico.

Pada kenyataannya main saham itu lebih mirip judi, meskipun anda telah menggunakan seluruh keahlian membaca grafik dan analisa fundamental secara serius, toh hal tersebut tidak menjamin anda tidak rugi secara signifikan. Dan para pemain saham di bursa toh tidak punya kekuatan hukum untuk menggugat bagiannya jika perusahaan yang sahamnya mereka pegang mendadak bangkrut. Masih lebih baik posisi para pemegang obligasi, bisa menuntut hak-haknya melalui proses kepailitan.

Berbeda dengan bisnis, setidaknya jika anda pelaku bisnis produk, ada barang yang masih bisa dipegang dan mungkin disimpan dalam waktu lama sebelum kondisi ekonomi membaik lagi. Atau jika bisnis jasa setidaknya masih bisa mengajukan suntikan modal kerja dan perbaikan manajemen untuk memperbaiki performa bisnis anda.

Meskipun baik saham dan bisnis murni keduanya sama-sama terpapar oleh risiko kebangkrutan, tapi tentu saja bisnis masih bisa dibaca ancang-ancang kebangkrutannya. Berbeda dengan saham, di mana Warren Buffet sendiri pada pemeriksaan oleh pemerintah AS, mengakui salah prediksi nilai mortgage yang berakhir dengan krisis subprime mortgage dan berlanjut menjadi krisis global.

Bahkan Profesor Damodaran sendiri, pakar dari ilmu Valuation, mengakui bahwa penilaian saham masih bisa salah dan bahkan tidak menjamin ketepatan prediksi secara mutlak. Sebagai contoh, saham-saham tambang, harganya sangat fluktuatif tergantung prediksi harga futures komoditi yang dieksplorasinya tersebut. Bisa saja hari ini harga saham tambang batu bara nilainya 8000 besoknya terjun bebas menjadi 600, dan lagipula siapa yang bisa dipersalahkan? Semuanya tergantung daripada ekspetasi pasar akan nilai komoditas yang menjadi underlying value harga sahamnya.

Memang jika dimanage secara benar, investasi pada saham bisa menguntungkan, akan tetapi dengan semakin maraknya illegal robotics trading dalam berbagai bursa dunia, hal ini semakin tidak sehat bagi kelangsungan bisnis saham. illegal robotics trading ini lebih berbahaya ketimbang bandar profesional tradisional yang biasa menggoreng saham melalui mekanisme manual, robot-robot ini bisa melakukan trading saham 100 kali lebih cepat ketimbang manusia biasa sehingga gerakannya tidak terbaca bahkan oleh otoritas bursa sekalipun. Akibatnya aksi goreng-menggoreng saham terlihat menjadi mirip aksi perdagangan saham biasa yang tidak mencurigakan.

Tapi semuanya ya berpulang kepada anda sendiri, mau memilih yang mana, trading saham toh tidak ada bedanya dengan trading sembako ataupun jual beli barang di pasar. Meskipun tentu saja masih lebih baik berdagang di pasar tradisional karena memberikan efek nyata dalam pembangunan ekonomi negara secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun