Ia memakai hoodie abu-abunya, mengambil tas nya lalu menggendong tas tersebut di belakang nya. Ia pulang dengan keceriaan terpancar dari wajah cantiknya, ia nampak yakin saat ujian besok ia dapat mengerjakannya. Dari ruang kelas Domi dan Marsel keluar untuk menghampiriku,
   "Yan, kayak nya kamu makin deket sama dia, kenapa ngga tembak aja? udah 1 tahun lebih lo ini bentar lagi juga lulus, sayang kalo ngga ditembak," tanya Domi,
ketika pertanyaan ini keluar dari mulut Domi hal ini seketika membuat pikiran ku mumet, kacau, buyar, dan membuat raut wajahku yang sebelumnya senang menjadi datar, kosong, waktu terasa berhenti sejenak, hanya sejenak. Selama ini aku tidak sadar sudah sekitar 1 tahun lebih sejak awal aku berkenalan dengannya, aku sudah begitu dekat dengannya dan aku malah melupakan tujuan awal, "untuk apa aku sedekat ini dengannya?"
itulah mengapa ketika pertanyaan ini muncul aku terdiam.
    "Kok diem, masih nunggu waktu ya, aku tau kok kamu terlalu dekat sama dia, dan kamu malah lupa sama tujuan awal kamu kenal sama dia, karena kamu udah terlalu nyaman sama dia dan ngga mau kehilangan dia karena nanti bakalannya kalian beda sekolah juga dan udah bakalan jarang ketemu", Jawab Domi, sembari menepuk bahu kiri ku menggunakan tangan kirinya, ia seolah seperti mengetahui apa yang ada di pikiranku saat ini, mungkin karena dia sudah kenal aku dari lama dan tahu bagaimana sifatku, wajar. Aku menjawab dengan terbata-bata,Â
     "Hehe-hehe, engga kok aman gausah dipikirin, wes aku pulang dulu mau hujan."
yang kemudian berbalik badan mengambil tas, mengambil jaket, pergi meninggalkan kedua temanku yang masih berada di sekolah tanpa sepatah kata apapun lagi, dan pulang. Sesampainya dirumah, sudah mandi tentu aja. aku meminta maaf kepada kedua temanku tersebut karena tingkah tidak sopanku tadi meninggalkan mereka di sekolah. Lewat WhatsApp, kami memiliki grup WhatsApp bernama "Crikubul Family" yang berisikan aku, Domi, dan Marsel. Mereka tidak masalah dan mengerti gejolak yang ada di pikiran dan hatiku. Setelah kita berbincang-bincang lewat WhatsApp serta berbagi cerita lewat Video Call, pikiranku menjadi lebih terbuka.Â
    "Udah 1 tahun lebih tapi malah belum ngungkapin apa apa ke dia padahal bentar lagi lulus," pikirku matang-matang. Dan disaat itu juga aku tahu saat kapan aku harus mengungkapkan perasaan ini. Seperti menonton film dengan kecepatan 2x, beberapa bulan berlalu, beratnya hidup dilanda Ujian, ASPD, ujian sekolah, hingga ujian praktik sudah aku lewati, dan disaat ini aku merayakan apa yang sudah ku lewati bersama teman teman seangkatanku. Saat sedang merayakan hal yang dirayakan sekali seumur hidup ini, terlihat jelas siluet perempuan berambut panjang, berkacamata, kukira hanya orang lain. Namun, siluet perempuan ini datang kearahku dengan menggenggam sebuah buket bunga di tangannya. Keindahan paras wajahnya terpancar kearahku saat ia mendekatiku. Seperti sambaran kilat Seketika aku langsung mengetahui siapa yang menghampiriku. Lisa, datang dengan senyuman lebar untuk memberiku ucapan selamat atas kelulusan ku,Â
   "Happy Graduation yaa, nih aku bawain buat kamu,"
kata Lisa, sambil memberikan buket bunga tersebut kepadaku.
   "Makasih banyak ya Lis, malah repot-repot," jawabku, sambil menerima pemberian buket bunga dari tangannya. Kemudian, aku menggenggam pergelangan tangannya erat-erat seperti tidak ingin Lisa hilang dari genggamanku, mengajaknya ke taman dekat situ dan duduk di sebuah kursi kayu, dengan diiringi suara gemercik air mancur, duduk berhadap-hadapan, mata dengan mata, ku genggam telapak tangannya, dan aku mulai berkata dengan nada pelan dan lembut.Â