Nambah satu lagi parpol pilih gabung di Koalisi Indonesia Maju (KIM) yakni Partai Demokrat. Berarti sudah ada enam parpol yang gabung di KIM, yakni Partai Gerindra, Golkar, PAN, Gelora, PBB dan Demokrat, pilih dukung Prabowo Subianto (PS) sebagai capres Pilpres 2024.
Tapi di sini saya tidak ingin mengomentari pertimbangan politis pilihan Demokrat gabung ke KIM. Saya kembali teringat pada bait-bait akhir Jangka Jayabaya, di mana figurisasi Ratu Adil oleh Prabu Jayabaya disimbolisasikan lewat figurisasi sosok Satria Piningit sebagai Satria Pinilih.
Di mana sebutan Satria Pinilih itu sendiri tidak semata-mata hanya mengacu pada figurisasi seseorang, sekaligus merujuk pada idealisasi kepemimpinan "Ratu Adil", figur pemimpin yang adil, dengan keutamaan-keutamaan yang melekat di dalam dirinya.
Siapakah sosok Satria Pinilih? Jawaban atas pertanyaan ini memang selalu ditunggu di setiap perbincangan suksesi kepemimpinan di masa Zaman Edan, siapa sejatinya Satria Pinilih yang akan terpilih menjadi Satrio Pinilih Notonegoro sebagai sosok pemimpin yang dirindukan zaman.
Dalam konteks ini, secara konseptual kita melihat Satria Pinilih sebagai idealisasi konsepsi kepemimpinan. Di mana Satria Pinilih adalah gambaran seorang pemimpin ideal yang memiliki sifat sebagai "juruselamat" yang mampu mengeluarkan jalannya kehidupan dari pelbagai macam kemelut dan krisis di Zaman Edan, dari zaman kalabendu menuju zaman kalasuba.
Yang pasti, menurut Jangka Jayabaya bahwa sang Satria Pinilih itu bukan hasil karbitan pencitraan survey elektabilitas atau ujug-ujug nongol dari dalam gua atau gorong-gorong yang digotong relawan pendukungnya.
Yang pasti bahwa sang Satria Pinilih itu bukan pula hasil cawe-cawe atau endorse. Ia lahir dan ditempah dari sebuah perjuangannya panjang dalam upayanya menegakkan kebenaran dan keadilan di tengah krisis Zaman Edan.
Yang pasti, ia adalah sosok Satria Pinilih yang memiliki sifat-sifat keutamaan sebagaimana disyaratkan sebagai figurisasi Ratu Adil yang sedang dinanti, didambakan dan dirindukan zaman.
Â
Alex Palit, jurnalis pemerhati budaya dan politik, penulis buku "2024 Kenapa Harus Prabowo Subianto Notonegoro".