Kebangkitan Indonesia Raya.Â
Makanya saya sangat mengapresiasi ketika Partai Gerindra, PKB, Golkar dan PAN sebagai pendukung Prabowo memberi nama koalisinya "Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya" (KKIR). Dalam perspektif semiotika, saya lebih menyukai makna kata KKIR -- Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya -- saya anggap lebih bermarwah, berpamor dan magis.
Kenapa kata "Kebangkitan Indonesia Raya" saya anggap lebih bermarwah, berpamor dan magis? Karena saat ini saya anggap butuh kebangkitan dari krisis multidimensional dalam kehidupan berbangsa, salah satunya terkikisnya kemesraan sosial akibat terjadinya polarisasi oleh stigmatiasi politik identitas.
Siapa pun capres yang terpilih di Pilpres 2024, yang kita butuhkan adalah sosok pemimpin yang mampu merajut dan menyatukan kembali retakan-retakan kemesraan sosial dalam kehidupan berbangsa yang disemboyani Bhinneka Tunggal Ika, yang kini terbelah dan terpolarisasi oleh stigmatisasi sentimen politik maupun lantaran oleh pengopinian ujaran sentimen primodial politik identitas bernada SARA.
Sementara kalau kita merujuk pada terminologi "kebangkitan", didalamnya sudah mencakup makan kata "maju". Jadi makna kata "kebangkitan" didalamnya sudah mngisyaratkan dan mensyaratkan kata "maju" atau "kemajuan", menuju Indonesia Maju.
Kita tidak akan bergerak maju tanpa kebangkitan. Justru dengan kebangkitan, kita bangkit untuk maju. Adalah saatnya kita maju menuju Indonesia Jaya dengan "Kebangkitan Indonesia Raya". Â
Adakah saat ini kita sedang menghadapi "Tahun Vivere Pericoloso," seperti judul pidato Bung Karno, 17 Agustus 1964, yang kemudian melahirkan gagasan Trisakti-nya untuk berdikari secara politik, ekonomi dan kebudayaan.
Adalah saatnya bersama gerakan "Kebangkitan Indonesia Raya", kita bangkitan kembali dan wujudkan spirit kebangsaan ajaran "Trisakti" Bung Karno. Bukan sekedar slogan gelembung busa atau berupa pepesan kosong yang dikoarkan di Pilpres lalu. Semoga! Â
Atas dasar "Kebangkitan Indonesia Raya", di sini saya sengaja mengakhiri tulisan ini dengan mengutip ucapan Prabowo di buku "Surat Untuk Sahabat": "Saya ingin Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, yang berdiri di atas kaki sendiri. Tidak diinjak-injak, tidak menjadi budak, tidak menjadi kacung bangsa lain".Â
Alex Palit, jurnalis pengamat politik Aliansi Pewarta Independen "Selamatkan Indonesia", penulis buku "2024 Kenapa Harus Prabowo Subianto Notonegoro".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H