Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gibran Rakabuming dalam Gimik Politik Gerindra

10 Agustus 2023   17:47 Diperbarui: 10 Agustus 2023   17:54 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ojo kesusu, ojo grusa-grusu. Setidaknya itulah plesetan yang paling tepat disematkan atas bergulirnya wacana di mana nama Wali Kota Solo Gibran Rakabuming yang tak lain putra Presiden Jokowi, yang kini berusia 35 tahun digadang-gadang menjadi cawapres, pendamping capres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.

Terlepas apakah nanti Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan penurunan batas usia capres -- cawapres dari 40 anjlok menjadi 35 tahun, yang diajukan kader Partai Gerindra, Wali Kota Bukittinggi Erman Safar dan Wakil Bupati Lampung Selatan Pandu Kesuma Dewangsa.

Dalam ragam perspektif politik, bisa jadi atau bukan tidak mungkin, gugatan tersebut adalah gimik politik yang sengaja dimainkan oleh Partai Gerindra untuk meraup ragam respon publik politik manakala Gibran dicalonkan sebagai cawapres pendamping capres Prabowo. 

Dan ini merupakan startegi politik yang jitu yang dimainkan oleh Gerindra untuk cek ombak. Apakah dari hasil pantauan cek ombak, gelombangnya bergemuruh atau riak gelombangnya datar-datar saja. Setidaknya dari hasil cek ombak ini akan terpantau dan terbaca ragam respon publik politik, baik itu dari internal Gerindra maupun pendukung sang capres Prabowo Subianto.

Meski secara simulatif survei digadang-gadangnya Gibran sebagai cawapres pendamping Prabowo, langsung melambung bagai balon gas. Tapi dalam realitas politik tak ada yang tak ada, segala kemungkinan bisa terjadi.

Di sini kita harus tetap mengapresiasi langkah kuda politik Gerindra dengan mengajukan gugatan ke MK soal penurunan batas umur dari 40 anjlok menjadi 35 tahun.

Termasuk kita harus mengapresiasi pandangan politik bahwa langkah kuda politik Gerindra sebagai gimik politik untuk cek ombak, sebagai kalkulasi untung rugi politisnya, jangan sampai malah buntung, manakala menjadikan Gibran sebagai cawapres pendamping Prabowo.     

Sehingga dari sini menjadikan pertimbangan langkah kuda politik Prabowo dalam menentukan siapa yang akhirnya dipilih menjadi cawapres pendampingnya.

Seperti di awal pemilihan kata di artikel ini, ojo kesusu, ojo grusa-grusu main tebak buah manggis. Waktu masih panjang untuk menentukan menjatuhan pilihan siapa sejatinya yang pantas dan punya kapabilitas menjadi pendampingnya sebagai cawapres.

Sebagai penunggang kuda, pastinya Prabowo akan mempertimbangkan langkah kuda politik. Sebagaimana dalam permainan catur, langkah kuda bisa melompat mengarah ke mana saja. Begitupun dalam permainan percaturan politik, langkah kuda politik Prabowo bisa melompat ke mana yang dimaui.

Sebagai penunggang kuda, pastinya Prabowo bukan kuda tunggangan atau dicawe-cawe diperlakukan sebagai kuda tunggangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun