Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pada Suatu Masa di Zaman Edan

5 Februari 2022   09:37 Diperbarui: 5 Februari 2022   09:41 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada suatu masa, entah itu kemarin, konon di masa lalu, esok, atau malah saat ini.

Sebagaimana disebutkan di Jangka Jayabaya bahwa gonjang-ganjing Zaman Edan antara lain ditandai terjadinya krisis multidimensional, termasuk krisis kepemimpinan, lantaran: Ratu ora netepi janji / akeh janji ora ditetepi / Ratu ora adil / nrajang sumpahe dhewe.

Pada masa itu akan diwarnai, salah satunya yaitu rakyat mengalami distrust terhadap pemimpinnya yang berbuntut terjadinya krisis kepemimpinan. Pada saat itu pula, rakyat mengalami krisis legitimasi sehingga untuk mengatasi jalannya hidupnya, ia mengambil jalan keluar dengan logika sendirinya, termasuk mencari pembenaran atas nama subjektivitas logikanya sendiri.

Karena rakyat sudah mengalami jalan buntu, mentok, kehilangan arah, apatis, tidak tahu apa yang harus diperbuat lantaran sudah frustrasi dengan kondisi yang ada. Kecuali hanya bisa menggerutu dan menggerutu untuk mengeluarkan uneg-uneg yang terpendam.

Di tengah menyeruaknya Zaman Edan adalah sebuah keniscayaan bila kemudian rakyat merindukan datangnya sosok pemimpin ideal yang didambahkan.

Lantaran belum ketahuan siapa sosok yang ditunggu dan didambahkan, tapi diyakini bahwa sosok tersebut ada dan masih tersembunyi belum menampakkan diri, maka disebutlah Satria Piningit, Satria Pinilih, sebagai eskatologis Ratu Adil, pemimpin yang adil, arif dan bijaksana. 

Situasi Zaman Edan ini dalam Jangka Jayabaya digambarkan sebagai masa-masa kegelapan. Masa di mana para tokoh agama, alim ulama, cendekia atau intelektual enggan menyampaikan kebenaran, karena takut sikap represif penguasa. Hal ini ditandai para tapa padha ora wani / padha wedi ngajarake piwulang adi, salah-salah anemani pati.

Pada fase Zaman Edan inipun theaterikal panggung politik juga dipenuhi oleh kemunafikan dan kebohongan, serta diwarnai oleh memudarnya nilai-nilai moralitas, etika dan estetika dalam berpolitik. Saat itu kebenaran tak lagi ditegakkan, kebenaran pun semakin memudar, lenyap, justru ketidakadilan semakin menjadi-jadi.

Adalah sebuah kewajaran, manakala "pada suatu masa" ditenggarai mengalami krisis Zaman Edan, bila kemudian rakyat mendambakan munculnya sosok Satria Piningit, Satria Pinilih yang akan menjadi Satrio Pinilih Notonegoro sebagai Ratu Adil, pemimpin yang adil, yang diharapkan akan membawa perubahan kehidupan lebih baik, keluar dari krisis dan kemelut yang ada, keluar dari zaman kalabendu menuju zaman kalasuba, zaman keemasan Nusantara.

Alex Palit, citizen jurnalis, penulis buku "Ngaji Deling Ratu Adil 2021 / 2024" dan "Sang Presiden 2024".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun