Setiap orang pasti punya cara tersendiri dalam mengapresiasi sesuatu, termasuk saat rayakan dirgahayu Indonesia. Dalam rangka menyambut HUT RI, saya pun mengapresiasinya dengan menerbitkan  "Ngaji Deling -- Ratu Adil 2021 / 2924" sebagai kado ulang tahun kemerdekaan Indonesia tercinta ke-76.
Saya sebut sebagai kitab keramat, karena buku  ini memiliki relevansi atau sangat relevan dengan realitas sosio politik saat ini di tengah eskalasi dinamika politik merebaknya tebar pesona baliho capres di tengah pandemi. Begitupun, meski Pilpres yang dijadwalkan digelar 3 tahun lagi, sejumlah lembaga survei sudah mengeluarkan hasil rilisan survei yang semata-mata mengacu pada elektabilitas capres mendatang. Di mana rilisan antar survei yang satu sama lain hasilnya beda.
Kekuasaan itu memang bisa orang mabuk kepayang bahkan sampai membuat lupa diri, ora edan ora keduman. Termasuk ngedan dalam upaya memenuhi syawat nafsu ambisi berkuasa. Sementara, kekuasaan itu universum, ia hadir tidak sekedar sebagai legitimasi politik, juga melekat sesuatu yang agung, mulia, sakral, dan keramat, yang berasal dari "dunia Atas", Vox Natura -- Vox Dei.
Di buku ini, kita akan diajak membaca, benarkah bayang-bayang "Ratu Adil" sebagai-mana digambarkan di teks ramalan Jangka Jayabaya, Serat Kalatida Ranggawarsita, Uga Wangsit Siliwangi dan Serat Darmogandul Sabdo Palon, tak lebih hanyalah sebuah mitos, khayalan, fiksi, fiktif, atau pada akhirnya merupakan fakta?
Walau semua usianya sudah ratusan tahun lalu, tapi apa yang tertulis di teks ramalan tersebut hingga kini tak lekang oleh zaman, tetap hidup, tetap menjadi perbincangan tak ada habisnya, yang selalu menyeruak di mana "pada suatu masa" ditenggarai mengalami gonjang-ganjing yang disebut sebagai zaman edan.
Adalah sebuah keniscayaan, manakala "pada suatu masa" yang ditenggarai mengalami krisis amenangi zaman edan, bila kemudian rakyat merindukan amenangi zaman Ratu Adil, datangnya pemimpin adil yang diharapkan membawa perubahan kehidupan lebih baik, keluar dari kemelut yang ada, dari zaman kalabendu menuju kalasuba, zaman keemasan.
Benarkah "Ratu Adil" segera datang menampakkan diri? Atau ia sedang dipingit? Siapa sejatinya Ratu Adil? Jawaban atas pertanyaan ini memang selalu ditunggu di setiap perbincangan amenangi zaman edan, siapa sejatinya Ratu Adil yang ditunggu kedatangannya?
Lewat buku "Ngaji Deling -- Ratu Adil 2021 / 2024", selain diajak menyingkap hermeneutika ramalan tersebut, pembaca juga diajak membaca semiotika, bahasa tahun, dan makna simbolik bambu unik dari yang tersurat sampai tersirat tersembunyi didalamnya, kitab tanpo waton ora tinulis ning iso dowoco.
Sekaligus di sini pembaca diajak menebak, memilah, memilih, siapa sejatinya "Ratu Adil" dalam perspektif 10 simbolisasi kepemimpinan mengacu pada ayat-ayat pusaka alam bambu unik.
Disebut sebagai pusaka alam, ia mawujud bukan hasil rekayasa kerajinan tangan manusia. Ia mawujud langsung dari alam yang memanifestasikan diri dalam simbol-simbol khusus yang membawa pesan-pesan alam yang tersembunyi di dalamnya untuk dibaca manusia.
Semoga buku ini memberi pencerahan bagi pembaca, khususnya bagi calon atau para pemimpin, juga calon presiden mendatang, sebagai bekal ngaji rasa, ngaji diri, untuk disebut sejatinya pemimpin "Ratu Adil". Siapa pun itu pemimpinnya yang akan maju di Pilpres mendatang!.