Di era gempuran penggunaan  teknologi AI dan kemajuannya yang sangat pesat, banyak orang terutama kalangan mahasiswa memanfaatkan AI. Mahasiswa mau bikin apa saja selagi mempunyai ide dan kreatifitas maka akan banyak menghasilkan karya-karya nya. Tapi tak jarang mahasiswa terjebak dalam situasi yang serba instan ini. Mereka lalai, hanya terpaku pada teknologi AI ini tanpa memperbanyak literasi. Contoh ketika mahasiswa di kasih tugas menulis sebuah karya ilmiah, baik itu makalah atau sejenisnya.Â
Mereka tak mau ambil pusing, mereka hanya mengandalkan AI contohnya chat gpt. Ini memang membantu dan cepat alias instan tidak bikin pusing, inilah namanya pikiran mereka dikendalikan AI bukan mereka yang mengendalikan AI. Tak semua yang kita cari ataupun Ai yang di pakai itu menghasilkan hal yang banar. Ketika kita memperbandingkan hasil karya mahasiswa yang literasi nya cukup baik dengan mahasiswa yang hanya mengandalkan AI. Akan tampak jelas perbedaan nya. Mereka yang mengerti dan memahami apa isi karya tulis ilmiah nya, di bandingkan dengan mahasiswa yang hanya terpaku pada AI. Mahasiswa yang hanya terpaku pada teknologi AI akan bingung sendiri dengan apa yang telah mereka buat, tidak mengerti dan tidak bisa menjelaskan ketika saat presentasi.
Ini berbanding jauh dengan mahasiswa yang banyak membaca, literasi nya bagus, mereka juga terkadang menggunakan AI, tapi hanya sebatas untuk perbandingan. Teknologi AI akan di manfaatkan dengan baik dan benar oleh mahasiswa yang mengutamakan literasi  terutama literasi digital. AI memang sangat membatu dalam menyelesaikan tugas untuk mahasiswa, tak jarang kebanyakan mahasiswa terkadang bingung sendiri dalam menjelaskan makalah mereka di kelas, tidak paham dengan isi karya ilmiah nya sendiri, bagaimana orang orang lain mau memahami sedangkan diri sendiri yang menulis karya ilmiah tersebut tidak bisa memahami nya.
Ketepatan dalam pengunaan AI yakni tidak berlebihan dalam pengunaan nya, sesuatu yang berlebihan tidak lah baik. Mahasiswa itu harus kritis dalam berpikir, memperbanyak literasi, membaca berbagai macam buku, mempelajari hal-hal baru. Penggunaan teknologi AI dalam konteks pendidikan dapat membawa berbagai manfaat, termasuk peningkatan kinerja akademik, pengurangan stres, dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Dengan menggunakan AI sebagai alat, mahasiswa dapat mengoptimalkan waktu mereka dan fokus pada aspek penting dari pembelajaran.
Meskipun ada manfaatnya, penggunaan teknologi AI di kalangan mahasiswa juga membawa risiko. Salah satu risiko utama adalah penyalahgunaan AI untuk tujuan akademik yang tidak jujur, seperti plagiarisme atau kecurangan pada ujian online. Ketergantungan yang berlebihan pada teknologi AI juga dapat mengurangi kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis dan mandiri. Penting bagi mahasiswa untuk memahami etika penggunaan AI dan batas-batasnya. Pendidikan tentang etika dalam penggunaan teknologi AI harus menjadi bagian integral dari kurikulum pendidikan tinggi. Mahasiswa juga perlu dilengkapi dengan keterampilan untuk mengelola dan mengontrol teknologi AI yang mereka gunakan, sehingga mereka tidak menjadi pasif dalam penggunaannya.
Mahasiswa harus menjadi pengendali AI yang mereka gunakan, bukan sebaliknya. Dengan pendidikan yang tepat tentang etika dan penggunaan yang bertanggung jawab terhadap AI, mahasiswa dapat memanfaatkan potensi teknologi ini untuk meningkatkan pembelajaran mereka tanpa mengorbankan integritas akademik atau kemandirian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H