Heboh video panas sosok yang mirip ariel dan beberapa artis terus bergulir. Mungkin ini akan terus bergulir seiring dengan munculnya video - video baru. Masyarakat tentu akan sangat memiliki antusias mengikuti alur cerita selanjutnya tentang kasus ini. Banyak dari mereka yang mengecam, prihatin, dan was- was karena video ini sudah beredar secara masif di masyarakat. Mengapa ini memiliki efek yang negatif bagi generasi muda kita. Jelas efek pornografi ini sangat berbahaya bagi mereka yang belum matang dan dewasa untuk mengkonsumsinya. Anak-anak dan remaja sangat rawan meniru apa yang mereka lihat, apalagi yang melakukan adalah orang yang mereka kagumi. Inilah yang menjadi pokiok masalah mengapa kasus ini begitu heboh. Apa - apa yang dilakukan oleh sang pujaan, misalnya cara berpakaian, model rambut, bahkan model pacarannya di dokumentasikan. Bukan mustahil akan menjadi trend di kalangan anak muda, jikalau hal ini tidak ditindak lanjuti dengan cepat dan bijaksana. Sudah seharusnya polisi segera memanggil para pelaku. Memeriksa mereka apakah memang mereka yang terlibat di dalam video itu. JIkalau memang benar maka mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Hal kedua, diharapkan mereka para pelaku segera mengklarifikasi apakah memang benar mereka pernah membuat rekaman itu. Dengan mengklarifikasi baik itu mengakui atau tidak maka akan mengobati rasa penasaran di masyarakat. Katakanlah jika ariel mengaku membuat itu untuk koleksi pribadi. Maka dia pasti tidak bermaksud menyebarkannya, melainkan koleksinya itu hilang atau dicuri, kemudian orang yang mencuri mempublikasikannya. Dia harus dengan gentle menjelaskan ini, seperti seorang artis di Hongkong berani mengakui foto-foto adegan mesumnya dengan beberapa artis wanita terkenal disana. Kemudian semua jelas dan dia mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kejadian ini pasti hanya sebagian kecil yang terjadi di masyarakat, masih banyak lagi hal-hal semacam ini hanya tidak terekspose keluar. Jadi kalau masih menjadi wilayah privat ya ok ok saja, Yang menjadi masalah jika menjadi konsumsi publik, karena hal ini masih dianggap tabo. ilustrasi diunduh dari google
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H