[caption id="attachment_112835" align="alignleft" width="145" caption="source ; yahoo img"][/caption] Rasa pesimis dan optimis sering datang dalam pikiran manusia secara bergantian, entah yang mana yang lebih sering tentu si empunya otak yang tahu. Lebih sering orang menyebutnya PD atawa nggak PD untuk mulai melakukan sesuatu. Sehingga untuk pekerjaan/jabatan tertentu, mensyaratkan standard tertentu pula bagi pelakunya. Mereka harus dilatih melalui pelatihan dalam waktu tertentu sehingga diharapkan mereka akan menguasai keahlian dan sikap mental tertentu. Pelatihan- pelatihan ini dikemas sedemikian rupa dengan jumlah jam tertentu pula. Kita juga sering dengar adanya pelatihan ESQ di kota-kota besar maupun kecil dan ini sangat diminati oleh orang - orang yang berasal dari berbagai latar belakang. Tujuannya adalah ingin membentuk karakter atau sikap mental yang lebih baik agar dapat menjalani hidup ini lebih baik. Lebih baik di keluarga, pekerjaan maupun di masyarakat. Apa yang mereka ingin rubah adalah cara berpikir mereka. Karena manusia sering kali di batasi oleh cara berikirnya. Ada juga manusia yang mencari pengetahuan melalui banyak membaca. Cara ini adalah cara membangun diri sendiri dengan kesadaran sendiri (self mental-development ). kita pasti pernah berkata demikian "wah, saya pikir membuka usaha itu memerlukan biaya besar," sehingga kita tidak pernah memulai "wah, saya pikir dia mempunyai selera yang berbeda dengan saya," sehingga saya tidak berani menawarkannya sesuatu, yang seharusnya sudah saya tawarkan " ah, paling - paling kita pasti ditolak, karena dia orang sibuk" sehingga kita tidak pernah berani menelponnya. Dan banyak lagi pikiran-pikiran yang kita ciptakan sendiri untuk menghalangi perbuatan yang sebenarnya dapat kita lakukan. Akibatnya kita tidak pernah mencobanya dalam kehidupan kita, dan semua itu menjadi mimpi-mimpi, lalu berkata,"...sebenarnya saya mau ...ini...itu...dsb..." Keadaan pikiran ini biasanya dipengaruhi oleh keadaan fisik seseorang. Keadaan pisik ini lalu mempengaruhi keadaan mentalnya. Hal inilah yang membatasi atau dirinya setiap kali dia akan memulai sesuatu. Menurut orang - orang sukses yang memiliki kekurangan kemampuan pada bagian pisik tertentu, mengatakan bahwa mereka sadar dengan kekurangan mereka tapi mereka juga tahu bahwa mereka masih memiliki kemampuan fisik lainnya yang dapat di dayagunakan. Beberapa dari mereka adalah,; TONY MENDEL dia kehilangan kedua lengannya, tapi dia masih dapat mendayagunakan kedua kakinya untuk bermain gitar dengan sangat baik. Dia bahkan diundang oleh Sri Paus untuk bermain gitar di Vatikan. SHAKEPEARE, adalah sastrawan yang luar biasa dengan karya- karya sastranya padahal dia dalam keadaan lumpuh. BETHOOVEN, seorang musikus dan komposer besar, siapa sangka dia justru memiliki masalah dengan pendengarannya hingga pada suatu titik dia menjadi tuli. THEODORE ROOSEVELT, mengalami kecacatan sehingga harus duduk dikursi roda tapi mampu menjalani pemerintahan di USA. GUS DUR, tokoh sekuler dan president Indonesia ke 4, kita semua mengetahui kekurangan fisik beliau, tapi tidak mempengaruhi sikap mentalnya sedikitpun. Masih banyak lagi orang - orang yang inspiratif bagi kita untuk kita jadikan tauladan. Mereka memiliki kekurangan pisik namun tidak pernah mempengaruhi pola pikirannya yang membatasi mereka untuk berkarya. Jarot Wijanarko, pendiri IFA, dalam bukunay " Hidup maksimal menembus batas Prestasi Puncak" mengatakan," Manusia akan malakukan yang dia pikir bisa melakukannya. Sejauh pikirannya berkata BISA, sebesar pkirannya mengatakan BISA, sebesar itu juga PRESTASINYA." Saya teringat dengan motto olimpiade beijing 2000, yaitu " IMPOSSIBLE IS NOTHING " saat itu beberapa olahragawan terkenal memarkan lukisannya yang menggambarkan apa yang mereka rasakan diawal-awal perjuangan karir mereka. Salah satu yang sangat menarik adalah lukisan yang di gambar oleh Leonil Messi, pesepakbola Argentina yang merumput di eropa. Dia menggambar kaki - kaki pemain bola yang besar-besar, dengan seorang yang kecil sedang menggiring bola di antara kaki kaki itu. Dia menjelaskan itulah perasaan dia saat-saat awal bermain bola, bahwa dia merasa minder dengan tubuhnya yang kecil dibanding rata-rata pemain di negaranya. Tapi dia terus mengasah skill-nya sehingga dia dapat menaklukan lawan yang lebih besar dari dia. Dia tidak pernah give-up untuk berlatih dan hingga kini dia masih menjadi salah satu pemain termahal di liga eropa. salam kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H