Mohon tunggu...
Alex Nggebu
Alex Nggebu Mohon Tunggu... pegawai negeri -

I am just a human

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

BW Ditangkap untuk Melemahkan KPK

24 Januari 2015   13:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:23 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Diawal tahun hari ke  23  ini,  adalah kali pertama blunder yang dilakukan oleh seorang JKW. Bermula dari pencalonan tunggal  BG sebagai calon kapolri  menggantikan sutarman yang sebentar lagi akan pensiun. Padahal konon,  BG ini pernah dicalonkan masuk pada kabinet JKW akan tetapi berdasarkan informasi dari KPK nama ini distabilo  merah yang artinya dia berpotensi menjadi tersangka suatu saat nanti.

Entah pertimbangan apa, atau strategi apa yang dilakukan oleh JKW sehingga dia kembali mencalonkan BG menjadi kapolri dan memberikan rekomendasi untuk mengikuti fit and proper test di KOMISI III  DPR. Namun, dimenti menit terakhir akan mengikuti fit and proper test  KPK mengumumpkan  bahwa BG  statusnya dinaikan menjadi tersangka atas dugaan korupsi.  DPR  tutup mata tetap melakukan fit and proper test dan hasilnya sangat memuaskan mereka mayoritas menyetuji BG untuk dilantik menjadi kapolri walau statusnya tersangka.  LUAR BIASA  akan menjadi tonggak sejarah baru seorang tersangka diangkat menjadi pejabat negara nomer satu yang menegakan keadilan. Penolakan terjadi dimana mana, akhirnya keder juga JKW untuk melantiknya, dan memilih untuk menunda.

Tentu akan menimbulkan kekecewaan pada para pihak yang dirugikan.  Maka kemarin, 23  januari adalah hari dimana terjadi penangkapan terhadap  BW  yang adalah salah satu wakil ketua KPK oleh polisi.  tanpa pemanggilan pertama kedua atau ketiga, dia dicokok disebuah minimarket seperti buronan. Tangannya pun diborgol dan mendapatkan perlakuan verbal yang tidak layak.

Presiden dalam  pernyataannya, nampak sangat tidak tegas...bahkan  banyak yang bilang tidak lebih tegas dari ketua RT,  simak disini.  padahal dia adalah pemegang kekuasaan tertinggi atas kepolisian dan partner dari KPK.  Keberhasilan dalam memimpin negeri ini adalah musthil bilamana tidak didukung oleh keharmonisan dari hubungan setiap bagian institusi di negeri ini. Dia tidak bisa hanya menghimbau tapi harus memilih mana yang harus dia stop untuk tidak meneruskan  sandiwara tolol ini.  jangan lah dua instusi ini saling menyandera, polisi memegang trup untuk bisa menaikan status tersangka terhadap BW  dan KPK  akan lumpuh oleh karena kehilangan salah satu komisionernya.  Lantas apa yang bisa dilakukan oleh KPK dalam memberantas KORUPSI  yang sudah mencapai KANKER  STADIUM  AKHIR.

Mungkin ini saatnya juga president melakukan bersih bersih di kepolisian, yang konon masih banyak yang memiliki rekening gendut.  Negeri ini harus  berani menerapkan hukum dengan pembuktian terbalik bagi pejabat negara, yang memegang  jabatan  penting. Mereka harus bisa membuktikan dari mana kekayaan mereka yang melonjak tajam saat menjabat dibanding sebelum menjabat. bayangkan rata rata mereka yang dicurigai memiliki rekening gendut itu memiliki duit diatas  200 M  hingga  1,.. T.  GILA!!!! sumber

Ada lagi usulan untuk mengembalikan  KEPOLISIAN dibawah TNI,  mungkin hal ini akan menimbulkan perdebatan panjang di masyarakat dan para pihak yang memiliki kepentingan.

Satu hal, dalam peristiwa ini  para anggota DPR nampak serempak menutup  mulut mereka.  Mereka seolah olah menjadi penonton yang baik dalam pergolakan antar oknum di kepolisian dan KPK.  DPR  secara kasat mata tentu kurang simpati dengan KPK, terutama mereka yang berasal dari partai yang ketum nya sudah dan akan masuk tahanan KPK.  Mereka  mungkin mengharapkan  KPK ini dibubarkan saja supaya mereka lebih nyaman  '  BEKERJA'  sesuai dengan keinginan mereka.

Mari kita lihat kemana arah  dari  pergolakan antar dua institusi ini, apakah BW  akan dijadikan tersangka atau apa.....

SAVE  KPK !!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun