Mohon tunggu...
Alexius Mahargono Digdoprawiro
Alexius Mahargono Digdoprawiro Mohon Tunggu... Freelancer - Alumnus Pemerintahan FISIP UNDIP angkatan 1985. Aktifis Mapala dan fotografi. Peminat Literasi, perkara perkara politik, sosial dan seni

penggiat alam bebas, fotografer, pemerhati sosial politik, penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Politik

DNA Anggota DPR

16 Desember 2015   20:27 Diperbarui: 16 Desember 2015   20:38 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anggota DPR – Partai Politik – Ketua Partai Politik itu jelas satu Roh… satu DNA. Anggota dewan bersuara atas dasar sikap Partai Politik. Partai Politik bersikap atas komando ketua partainya.

Artinya mereka jelas satu suara. 99% anggota dewan tidak ada yang independen, bersuara atas petunjuk ketua partainya. Bukan atas dasar suara rakyat.

Lalu apakah kalian masih percaya kalau anggota dewan itu mewakili suara kalian…?

Maka seharusnya nama DPR diganti saja dengan DKP… Dewan Ketua Partai…

Jadi di DKP (saat ini hingga 2019) hanya ada 10 kursi … untuk Megawati (PDIP), Abu Rizal Bakri (Golkar), Prabowo (Gerindra), SBY (Demokrat), Zulkifli Hasan (PAN), Muhaimin Iskandar (PKB), M Sohibul Iman (PKS), M. Romahurmuziy (PPP), Surya Paloh (NASDEM), dan Wiranto (Hanura).

Dengan begini sebenarnya rakyat langsung tau apa sebenarnya poin-poin yang diinginkan para elit partai tersebut. Sidang-sidang jadi singkat. Tidak seperti sekarang, mau ngomong JANCUK saja pakai acara berbelit-belit, mulek ga terkira, ngalor - ngidul - ngetan - ngulon, malah sering-sering  ga nyambung, dipas-pasin, logikanya terbolak-balik, sampai berbulan-bulan, padahal ya cuma mau ngomong JANCUK. Benar-benar melelahkan.

Selain itu juga ngirit anggaran, beli mobil dinas ya cuma 10, ga perlu 560,  gedung ga perlu seluas senayan, cukup di angkringan atau kalau perlu cukup dengan rapat2 di grup WA atau BBM, japri-japrian bla bla bla. Yang jelas energi bangsa ini tidak tersedot hanya untuk menyaksikan dagelan-dagelan yg sebenarnya ga lucu sama sekali, justru sarkasme yang sering dipertontonkan.

Wlingi, 16 Des 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun