Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Comotologi", Comot Sana-sini untuk Berteologi (Bagian 3-Selesai)

5 Desember 2022   17:37 Diperbarui: 5 Desember 2022   17:46 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cermati juga jenis sastranya dan latar belakang historisnya sedapat-dapatnya. Kalau suatu tulisan bercorak puisi jangan baca sebagai prosa, misalnya. Kalau tulisannya bersifat apokaliptis seperti Wahyu, kita segera sadar, paling banyak rinciannya bersifat simbolis. Upaya mencocok-cocokkan rincian tertentu dengan realitas atau tokoh sejarah tertentu dari zaman ke zaman telah menemui kegagalan. Saya yakin, gereja perlu mendidik warganya untuk cerdas membaca Alkitab untuk menggali pesan dari masa lalu sebagai pesan pada masa kini. Secara bertanggung jawab, bukan mengada-ada," pungkas Anwar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun