"Cermati juga jenis sastranya dan latar belakang historisnya sedapat-dapatnya. Kalau suatu tulisan bercorak puisi jangan baca sebagai prosa, misalnya. Kalau tulisannya bersifat apokaliptis seperti Wahyu, kita segera sadar, paling banyak rinciannya bersifat simbolis. Upaya mencocok-cocokkan rincian tertentu dengan realitas atau tokoh sejarah tertentu dari zaman ke zaman telah menemui kegagalan. Saya yakin, gereja perlu mendidik warganya untuk cerdas membaca Alkitab untuk menggali pesan dari masa lalu sebagai pesan pada masa kini. Secara bertanggung jawab, bukan mengada-ada," pungkas Anwar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H