Selama empat tahun, 2012-2016. Beberapa pendengar saya masih sering mengirimkan pesan melalui SMS dan WA sampai kini. Padahal saya sudah ganti nomer HP.
Suatu ketika ada SMS masuk ke ponsel saya. Sebuah pengakuan. Ia memutuskan tidak bunuh diri, gara-gara mendengarkan saya siaran. Saya tak mengecek lagi apakah si pengirim berkata sesungguhnya atau tidak. Malah saya menjadi sedikit khawatir, karena terus-menerus dikirimi pesan.
Sampai suatu ketika, saya memutuskan menjadi freelance. Karena tidak selalu berada di Jakarta lagi, saya juga minta pamit secara baik-baik dari radio. Â
Salah satu kenangan yang tak lekang adalah, waktu kecil mendengarkan Radio Australia Seksi Indonesia (RASI), yang bisa ditangkap dengan jelas di Sumba. Australia dan Sumba baku dekat saja! Setiap pukul 6.00 pagi suara burung kookaburra itu sudah membangunkan kami dari tidur.Â
Cerekcek...cek........ Dan nanti pukul 17.30. Ayah saya sudah menyetel radio transistornya. Hanya pindah beberapa langkah ke Radio BBC. Sebab pada siang harinya kami mendengarkan RRI Pro 2 Ujung Pandang. Â
RASI sangat digemari karena sisi lain pemberitaannya ketika itu. Ia selalu melaporkan apa-apa yang tidak dilaporkan media di Indonesia. Juga berita-berita dari segala penjuru dunia.
Adik saya Benedikta Bila Holo tahu tentang Benyamin Netanyahu semenjak Tuan Benyamin masih Menteri Pertahanan sampai menjabat Perdana Menteri Israel. Dari dia kelas 2 SD sampai menikah dan punya anak. Benyamin Netanyahu ia tahu dari Radio Australia ini.
Bagi kami di Sumba, berita dari RASI, adalah satu-satunya informasi. Terutama tentang kondisi di Jakarta. Tentang Orde Baru. Tentang Soeharto. Jadi enak didengarkan.
"Kita memberitahu kepada rakyat Indonesia apa yang tidak mereka dengar dari pemerintah Indonesia, karena banyak kejadian di Indonesia yang oleh pemerintah waktu itu tidak ingin disampaikan kepada rakyatnya," kata Nuim Khaiyat, salah satu penyiarnya.
Rezim Orde Baru merasa terancam, karena mereka tidak mampu memblokir siaran-siaran luar negeri seperti dari RASI lewat gelombang pendek.
Nuim Khaiyat penyiar favorit saya. Suara baritonnya jernih. Candaan-candaannya mengena. Selalu ada pantun. Ciri khas orang Medan. Ia membawa acara dengan kecepatan laporan pandangan mata sepak bola. Apalagi kalau membawakan acara "perspektif". Ia seperti kamus berjalan. Ia tahu banyak hal.