Setiap tahun umat Kristen merayakan Natal. Di kawasan timur Indonesia seperti NTT, Ambon, Papua dan Manado yang mayoritas penduduknya memeluk agama Kristen, Natal dirayakan secara lebih meriah. Rumah-rumah dihias lampu warna-warni. Ada pohon terang. Lagu-lagu Natal distel lebih keras. Kue Natal tak ketinggalan. Angkutan umum di kawasan ini yang selalu full musik pop dan dangdut, berganti ke lagu-lagu Natal. Pas hari Natal, biasanya, ada pesta makan-makan. Meriah pokoknya.
Mall Berbenah
Di kota besar seperti Jakarta aroma Natal telah tercium jauh-jauh hari. Pusat perbelanjaan di kota-kota besar memajang beragam Pohon Natal semenjak minggu terakhir Oktober untuk menarik calon pembeli. Berbagai tema Natal diusung misalnya "Winter Wonderland" dengan nuansa serba putih, beruang kutub, rumah papan, yang semuanya ditaburi salju buatan. Suasananya mirip-mirip musim dingin di Eropa dan Amerika yang bersalju.
Ada mal di Jakarta yang merangkai botol plastik bekas minuman menjadi pohon Natal yang tinggi. Beberapa gereja di Depok, Jawa Barat juga demikian. Begitulah, pusat perbelanjaan dan gereja merias dirinya habis-habisan, agar tampak menawan. Bagi pusat perbelanjaan tujuannya jelas, agar semakin banyak orang datang berbelanja ke sana, apalagi jika disertai diskon.
Coba tanya anak atau ponakan kita, Natal identik dengan apa? Pasti ada yang menjawab baju baru atau sepatu baru. Ada pula yang menjawab sinterklas dan pohon terang. Tentu saja tidak lupa lagu dan kue Natal. Bagi yang suka belanja, mesti penuh harap barang kesukaannya akan didiskon besar.
Bagi yang punya uang memilih ikut tur ke Yerusalem, turut melihat tempat-tempat yang pernah disinggahi Maria dan Yusuf zaman dahulu. Juga palungan tempat Yesus dibaringkan.
Panitia Natal di sebuah gereja di pelosok Rembang Jawa Tengah, tempat kami sekeluarga kerap misa Natal selalu menyiapkan kue-kue dan makanan tradisional. Habis misa ada acara makan bareng. Tak lupa sinterklas yang membagikan hadiah kepada anak-anak. Tetapi ada anak yang nangis, takut pada sinterklas.
Kata mereka rupanya kayak genderuwo. Entah mereka pernah melihat genderuwo di mana? Tetapi yang pasti si sinterklas hanya bertahan sepuluh menit. Lalu ia mencopot topi dan jenggot palsunya. Kemudian baju merahnya. Habis, cuaca di Pantura panas sekali, kawan.
Distorsi
Orang-orang menyambut Natal dengan banyak cara. Soalnya Natal datang hanya setahun sekali. Barangkali mereka berpikir, apa salahnya dirayakan dengan sedikit lebih meriah?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!