Bagi Soni, sistem pembayaran digital sangat memudahkan mereka karena lebih praktis dan aman. Selain itu mereka terhindar dari menerima pembayaran dengan uang palsu. Sebab di Waingapu telah ada beberapa kasus peredaran uang palsu. Â
"Yang menurut saya sangat bagus adalah karena uang untuk BumDes tidak tercampur dengan uang pribadi. Kalau kita pegang uang cash ini bisa saja kita tergoda untuk pakai dulu. Nah, lama-lama kalau tidak sadar kita sudah pakai banyak. Pas mau kasih kembali, jumlahnya sudah jutaan," jelasnya.
Saat ini, usaha yang berada di bawah BumDes, semuanya sudah menerapkan QRIS, antara lain pembelian souvenir kain dan selendang, parkir kendaraan dan  pemakaian toilet.
Meskipun demikian, kata Soni, masih ada tugas yang perlu mereka lakukan, yakni meyakinkan pada pedagang UMKM di sana, yakni para penjual kopi, makanan kecil, jasa penyewaan kain dan kuda, untuk beralih ke QRIS. Bagian ini masih belum bisa dijalankan karena para pedagang menurut Soni, ingin dibayar dengan uang cash.
"Mereka kayak belum percaya kalau pakai pembayaran digital sama juga kalau kita pegang uang. Mereka juga enggan harus ke Waingapu untuk tarik uang karena harus kasih keluar ongkos lagi," jelas Soni. Wairinding dan Waingapu berjarak 25 kilometer. Â
Menurut Soni, yang diperlukan sekarang adalah penyedia jasa PJSP sering datang untuk melakukan promosi agar wawasan pegiat UMKM di tempat wisata mereka lebih terbuka tentang transaksi digital.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H