Baik pada selembar kain tenun, maupun pada batu kubur, adalah simbol yang mudah ditemukan jika Anda berkunjung ke Sumba, NTT. Pada motif kain tenun di Sumba Timur misalnya, simbol diambil dari dunia flora dan fauna yang dibahasakan dalam syair adat sebagai personifikasi watak manusia.
Simbol burung kakatua misalnya melambangkan persatuan dan kesatuan. Mencerminkan jiwa masyarakat Sumba dalam mengambil keputusan dengan musyawarah untuk sepakat dalam hampir semua urusan.Â
Dalam bahasa Kambera dikenal syair adat  "kaka ma kanguhuru, pirihu pa uli" (kakatua yang berkelompok, nuri yang berkawan). Burung kakatua dan nuri selalu terbang dalam gerombolan.
Ada pula ungkapan lain: "Ambu kaka ngandi undi, ambu manginu ngandi rota" (Jangan menjadi kakatua pembawa jelatang, tidak boleh sebagai pipit penyebab gatal-gatal). Petuah ini sebagai peringatan agar berhati-hati terhadap orang-orang yang membawa berita hoax yang dapat menyebabkan perpecahan dalam masyarakat.
Kalau Anda pernah ke Sumba dan mendarat di Bandara Umbu Mehang Kunda Waingapu, tak jauh dari gerbang keluar ada tugu yang membagi jalan menjadi dua jalur. Pada tugu itu tampak pahatan hewan buaya dan kura-kura.Â
Buaya menjadi simbol kesaktian dan pengaruh yang besar, sementara kura-kura sebagai lambang kebijaksanaan dan kebesaran. Ketika saya meliput tempat wisata Air Terjun Tanggedu di Desa (persiapan) Tanggedu, Kecamatan Kanatang, di kampung Tanamiting tempat parkir ojek-ojek, terdapat makam dengan simbol buaya dan kura-kura seperti dalam foto di bawah ini.
 Pada gerbang masuk ke kota Waingapu dari arah barat, pada kilometer 10, pada ketinggian bukit-bukit, terpampang simbol Kabupaten Sumba Timur dengan gambar seekor kuda jantan. Kuda atau njara dalam kehidupan masyarakat Sumba adalah binatang peliharaan serba guna.Â
Selain menjadi alat transportasi, kuda juga menjadi penentu status sosail pemiliknya. Kuda memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi hewan yang diperhitungkan dalam adat perkawinan dan kematian. Kuda adala simbol keberanian dan ketangkasan.
Masyarakat Sumba bergelimang dengan berbagai simbol. Yang menggambarkan keseharian di dunia fana, dan kelak di "sana".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H