Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Saya Mengira HR Rasuna Said Seorang Lelaki : "Kesalahan" 40 Tahun Sudah Diperbaiki

3 September 2022   10:30 Diperbarui: 3 September 2022   11:11 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setidaknya berjarak 40 tahun kemudian, setelah menggemari sejarah secara umum saya baru tahu tentang dua hal. Pertama, tentang Eduard Douwes Dekker (EDD) alias Multatuli yang menulis novel Max Havelaar dan Ernest Francois Eugene (EFE) Douwes Dekker yang pendiri Indische Partij, partai politik pertama di Indonesia pada 1912, mengambil nama Indonesia Danudirdja Setiabudi. Keduanya memang memiliki pertalian darah, namun ini dua orang yang berbeda. "Douwes Dekker-Multatuli" merupakan kakak dari opa "Douwes Dekker- Indische Partij". Berarti Danudirdja Setiabudi memanggil 'kakek" kepada EDD.

Yang kedua, dan ini silahkan Anda menertawai saya, bahwa ternyata HR Rasuna Said adalah seorang perempuan. Selama ini saya menganggap beliau laki-laki. Bayangkan, sudah tua begini baru tahu saya bahwa pahlawan nasional yang namanya dipakai sebagai nama salah satu jalan protokol di Jakarta, Jalan H.R Rasuna Said adalah seorang PEREMPUAN.

Seperti saya kutip dari Wikipedia dan beberapa sumber lain, nama lengkapnya adalah Hajjah Rangkayo Rasuna Said. Ia seorang perempuan Minang, lahir di Maninjau, Agam, Sumatera Barat pada 14 September 1910 dan meninggal di Jakarta, 2 November 1965 pada umur 55 tahun.

Hajjah Rangkayo Rasuna Said (Sumber: Klasika.Kompas.id) 
Hajjah Rangkayo Rasuna Said (Sumber: Klasika.Kompas.id) 

Beliau adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan juga merupakan pahlawan nasional Indonesia. Seperti Kartini, ia juga memperjuangkan adanya persamaan hak antara pria dan wanita. Ia dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Dengan demikian, kesalahan 40 tahun sudah diperbaiki!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun