Pada masa-masa awal berada di Jakarta, pada tahun 2009, saya kerap bertandang ke rumah Remy di Cipinang Muara, Jakarta Timur. Wawasannya luas; mulai dari teologi, musik, filsafat hingga sejarah.
 ***
Ahli sejarah gereja, Frederick  Djara Wellem, dalam buku Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja (BPK Gunung Mulia, cet. ke-13, 2015)  menuliskan, Josef Kam menjadi seorang pengabar Injil yang menyuntikkan semangat baru ke dalam tubuh jemaat-jemaat di Maluku  setelah ditelantarkan  usai bubarnya kongsi dagang VOC pada tahun 1799.
Kam tiba di Maluku pada bulan Maret 1815. Ia memulai pekerjaannya dengan mengadakan kunjungan ke jemaat-jemaat di Ambon, Haruku, Seram selatan dan Saparua. Dalam kunjungannya itu, ia berkhotbah, membaptis orang, melayani Perjamuan Kudus dan memperdamaikan pertengkaran-pertengkaran yang terjadi. Pada tahun yang sama Kam melangsungkan pernikahannya dengan seorang gadis Indo-Belanda, Sarah Timmerman, yang dengan setia mendampingi Kam dalam pekerjaannya di Maluku.
Kam terus-menerus mengadakan kunjungan ke seluruh kepulauan Maluku, bahkan sampai ke Minahasa, Sangir-Talaud (Sulawesi Utara), dan Timor. Â Kam mengadakan perjalanan keliling mengunjungi jemaat-jemaat sampai suatu saat ia sakit keras dalam perjalanannya ke Maluku Tenggara. Ia terpaksa kembali ke Ambon. Segala usaha untuk menyelamatkan jiwanya tidak berhasil. Josef Kam meninggal pada tanggal 18 Juli 1833 setelah berkarya selama 20 tahun lamanya di Maluku. Ia tidak saja memelihara jemaat di sana, tetapi juga mendidik ratusan guru dan guru injil yang melakukan Pekabaran Injil ke Papua, Sulawesi dan Timor.
Salah satu keinginan saya yang belum terpenuhi adalah berkeliling ke pulau-pulau kecil di Maluku. Juga Lemola. Dari Kupang naik kapal Pelni. Hingga Miangas!***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H