Orang Kodi di Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT, mempunyai kebiasaan menyelubungi diri dengan kain, tatkala sakit demam, terutama saat terkena sakit malaria. Mereka menutup kepala hingga kaki karena kedinginan. Kami menyebutnya "hanggi marengge". Hanggi berarti kain, marengge sama dengan menyelubungi seluruh tubuh. Â Â
Budayawan Sumba Frans W. Hebi (FWH) menduga, Â kata "marengge" berasal dari kata Paranggi, dialek lokal untuk menyebut orang-orang Portugis yang sekitar tahun 1522 sudah berlayar ke sana untuk berdagang. Seiring waktu cara melafalkannya berubah pada setiap wilayah.Â
Ada yang menyebutnya "paranggi", namun ada pula yang mengatakan "marengge". Terjadi perubahan semantik, yakni penyebutan yang berbeda untuk obyek yang sama.
Tafsir FWH, karena orang Kodi melihat para imam Dominikan dan Jesuit yang berjubah dari leher sampai ke bawah, maka orang Kodi yang dalam keadaan berdiri dan berselubung kain dari dari leher sampai ke bawah disebut "hanggi marengge".Â
Artinya berselimut seperti orang Marengge atau Paranggi yang memakai jubah. Masih FWH, di kampung Kere Tana, di Kodi, Â ada rumah adat yang disebut Uma Rengge. Diduga diambil dari kata "marengge" di atas.
"Demikian juga nama penyair Umbu Landu Paranggi (1943-2021), mungkin ada kaitannya dengan kata Paranggi atau Portugis," ujar dia.
Apakah demikian? Mungkin saja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H