Ruang tamu keluarga berukuran 4 meter x 6 meter disekat menjadi  kelas. Sebuah lemari membatasi ruang kelas dan ruang keluarga. Meja-meja dan kursi dirapatkan ke dinding.Â
Lantai rumah meski dari semen biasa, tapi mengkilap. Dipel setiap hari. Karena sebagian anak duduk dilantai untuk menempel dan memotong gambar. Tetapi karena ruang yang terbatas, maksimal hanya bisa menerima 30 orang anak.
"Saya sudah berencana, kalau ada rejeki sedikit saya bangun ruang keluarga di belakang, sehingga satu ruangan ini los ke sana, untuk PAUD semuanya. Supaya bisa tampung anak lebih banyak," kata Mama Aleda.
Kerja Sukacita
Mestinya uang bulanan dari setiap anak adalah Rp20 ribu. Tetapi Mama Aleda tidak tega menariknya dari orang tua mereka. "Saya tahu kondisi orang tuanya. Rata-rata hanya buruh to. Jadi (pendapatan) tidak menentu," kata dia.
Bagi mama Aleda mengajar PAUD bukan untuk mencari uang. "Ini kerja sukacita. Bisa mengajar anak-anak saja sudah luar biasa bagi saya," kata dia lagi.
Karena itu, untuk fotokopi bahan-bahan mengajar Mama Aleda mesti merogoh kocek sendiri. Beruntung ada satu-dua anak yang orang tuanya pegawai.Â
Mereka membayar secara rutin. Kadangkala orang tua lain memberi bantuan sekadarnya. Uang inilah yang dipakai Mama Aleda untuk fotokopi.
"Anak-anak harus mewarnai, atau memotong dan menempel gambar. Jadi bahan-bahan harus difotokopi buat mereka. Sementara ATK Â kami sudah dijamin oleh WVI. Jadi tidak khawatir," kata Mama Aleda.Â
Sekarang hanya ia dan putrinya yang mengajar setelah dua totur lain mengundurkan diri karena berusia lanjut dan mulai sakit-sakitan.
Jangan Diajar Membaca & MenulisÂ