Saya masih ingat, buku-buku itu ada yang sudah dimakan ngengat. Ada bagian yang sudah hancur. Banyak kalimat yang putus. Saya akali. Saya tafsir. Saya tulis ulang kata-katanya. Agar ada sambungannya. Ternyata bisa saya lakukan.
Usai SMA saya masuk Yogyakarta. Kuliah yang berantakan. Tapi di shooping center di dekat Pasar Beringhardjo buku apa saja bisa didapat. Saya mulai bisa membeli buku Petualangan Winnetou. Buku tua. Jadi murah saja. Juga novel-novel yang lain. Termasuk yang romantis seperti "Ombak dan Pasir"nya Nasjah Djamin. Juga "Pengakuan Pariyem" Linus Suryadi AG, buku-bukunya Emha Ainun Nadjib, Romo Rahadi-nya Mangunwijaya, Majalah Basis yang lama, dll.
Ketika masuk Jakarta, Â secara tidak sengaja saya jumpa Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI). Kelompok ini diinisiasi Pandu Ganesa. Orang Malang. Mereka menerjemahkan dan menerbitkan buku-buku Karl May. Termasuk sebuah novel 600 halaman "Dan Damai di Bumi". Ini satu-satunya novel Karl May yang berlatarbelakang Indonesia dan tidak ada dar-der-dor-nya.
=000=
Tahun 1899 Karl May memang pernah sampai ke Padang. Ia naik kapal uap dari Kolombo. Mendarat di Penang, ia berganti kapal menyusuri Selat Malaka sampai ke Sigli, terus jalan darat ke Padang. Di sinilah ia membuat draft novel "Dan Damai di Bumi" yang diterbitkan tahun 1904 dalam bahasa Jerman "Un Friede auf Erden".
Kalau sya tengok lagi masa-masa sekolah itu, saya bersyukur bisa ketemu si "pembual besar" ini. Ia yang membuat saya "terjerumus" sangat dalam. Jatuh cinta sampai sinting! Dan akhirnya menjadi profesi. Yang menghidupi kami sampai hari ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H